Tripang atau biasa disebut oleh warga dengan “blunyo”, ternyata bisa diolah menjadi menu makanan jenis “Urap-Urap Tripang”, yang lezat dan menyehatkan, seperti yang dilakukan warga Kampung Nelayan di Gresik, Jawa timur. Menu hidangan warisan nenek moyang itu, juga menjadi hidangan utama, terutama saat gelar Pesta Syukuran, menyambut datangnya musim Petik Laut.
Blunyo atau tripang, banyak berkembang biak di kawasan pantai, terutama saat air laut mulai susut. Saat itu, banyak warga yang memburunya untuk dikonsumsi sendiri, maupun dijual sebagai penghasilan tambahan.
Sebelum diolah menjadi menu makanan, terlebih dahulu tripang dibersihkan, untuk selanjutnya, tripang dipotong kecil-kecil. Namun, berbeda dengan mengolah menu hewan laut yang lain, mengolah tripang, tidak perlu dimasak, tetapi cukup dikucurkan dengan air mendidih.
Selanjutnya, potongan tripang dicampur dengan serundeng atau parutan kelapa yang telah diberikan bumbu sambal pedas. Agar terasa lebih nikmat, warga juga menambahkan kacang panjang, kecambah, dan ikan laut lain, diantaranya udang, ikan asin, dan sambal pedasnya.
Hidangan tradisional, warisan nenek moyang ini, hingga kini masih menjadi menu alternatif, bagi warga sekitar pantai utara gresik, seperti di desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik.
Bahkan, menu urap-urap tripang, menjadi menu utama, saat warga menggelar syukuran, menyambut datangnya musim petik laut.
Zubaidah, warga desa, mengatakan, urap-urap tripang, sangat disukai warga, karena mengandung banyak protein, dan mampu meningkatkan stamina para nelayan. “Warga menyukai tripang, karena mengandung banyak protein …” katanya.
Sementara itu, para penikmat urap-urap tripang, mengatakan, hidangan tradisional ini, tidak kalah dibandingkan menu hewan laut yang lain, karena rasanya yang khas, dagingnya kenyal, tetapi seratnya lembut.