Selain dikenal sebagai kota Wali, Tuban juga di kenal dengan nama, kota seribu gua, karena sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan perbukitan batu kapur yang memiliki banyak rongga bebatuan.
Salah satu di antaranya, adalah Gua Akbar yang sarat cerita religi bersejarah serta memiliki sejuta keindahan alami. Gua ini, terletak di Kelurahan Kedungombo Kecamatan Kota Tuban.
Konon, nama akbar berasal dari nama sebuah pohon yang tumbuh didepan pintu gua, yakni pohon abar. Dahulu, masyarakat setempat menyebutnya gua abar atau ngabar. Baru setelah dipugar tahun 1996, gua tersebut diberi nama Gua Akbar. Akbar sendiri adalah kepanjangan dari aman, kreatif, bersih, asri dan rapi.
Sebelum memasuki pintu gua, terdapat tangga beton yang di buat melingkar dengan pagar besi di kedua sisi, agar pengunjung tidak terpeleset.
Gua Akbar ini sarat akan cerita religius. Sejumlah tempat di Gua Akbar dipercaya pernah menjadi tempat sunan kalijogo dan sunan bonang bertapa. Diantaranya seperti ceruk yang diberi nama Pasepen Koro Sinandhi yang artinya tempat pintu yang dirahasiakan. Ceruk ini tampaknya sengaja dibuat sangat kecil pintunya sehingga untuk masuk harus merangkak atau sekurangnya membungkuk. Hal ini dimaksudkan, bahwa di depan tuhan semua mahluk harus merendahkan diri.
Ratusan stalaktik dan stalagmit yang masih hidup dan meneteskan air, menambah hiasan Gua Akbar, hingga menjadikan pengunjung seperti berada dalam sebuah istana. Guna menikmatinya, pihak pengelola membangun jalan yang menyusuri lorong-lorong gua sepanjang 1 kilo meter.
Gua seluas 1 hektar ini juga memliki banyak lorong yang belum dieksplorasi. Bahkan seperti salah satu lorongnya yaitu lorong hawan samudra dipercaya berakhir di pantai utara Tuban. Menurut penelitian arkeologi, diperkirakan Gua Akbar sudah berusia lebih dari 20 juta tahun. Ditemukannya fosil binatang laut seperti kerang di batu-batu dan dinding gua yang sampai sekarang dapat dilihat dengan mata telanjang, menguatkan posisi Gua Akbar sebagai gua fosil.
Gua Akbar juga memiliki sumber mata air yang tak henti-hentinta mengalir yang di sebut sumber kedung tirta agung. Para pengunjung bisa menikmatinya dengan mencuci muka dan tangan.
Terdapat pula sebuah ruangan yang cukup luas yang disebut paseban wali dan dipercaya pernah digunakan Walisongo untuk berkumpul dan bermusyawarah. Paseban wali ini jika dilihat secara seksama, mirip dengan ruang pertemuan. Adanya lubang-lubang di langit-langit gua, membuat cahaya matahari dapat masuk. Ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang yang mirip dengan podium bagi para orator.
Sebelum pintu keluar gua, terdapat sebuah musholla alami yang di beri nama Pasujudan Baitul Akbar. Tempat ini, di percaya sebagi tempat Sunan Bonang dalam menunaikan sholat.
Mengunjungi Gua Akbar, seakan di hadapkan pada keindahan alami ciptaan sang mahakuasa yang tak membuat orang jenuh melihat dan mengeksplorasinya. “Sangat terkesan dengan keindahan alaiminya”, ujar Shodiq, salah seorang pengunjung asal Gresik.
Menurut pihak pengelola gua, air sumber dalam Gua Akbar di percaya bisa menyembuhkan segala macam penyakit, karena mempunyai energi positif yang terkadung dalam airnya. “Masyarakat percaya dengan energi positif dai air gua”, ungkap Soekaton, Kepala UPTD Gua Akbar.
Setelah menikmati keindahan Gua Akbar, tak cukup kiranya jika tak berziarah ke makam sunan bonang yang jaraknya sekitar 4 kilo meter dari Gua Akbar. Apalagi, Sunan Bonang adalah salah seorang tokoh utama yang memanfaatkan keberadaan Gua Akbar dalam misinya menyebarkan agama islam di tanah Jawa.