Kalau di Indonesia pasti langsung tergambar sama DORCE, yang telah mengganti alat kelaminnya dari laki-laki menjadi perempuan. Beda dengan Chaz Bono yang dikenal sebagai anak perempuan dari Sony dan Cher, telah menjalani operasi menjadi laki-laki tahun lalu. Semakin banyak jumlah individu yang mengikuti pembedahan gender reassignment.
Cukup sulit untuk mengetahui jumlah yang berganti kelamin di Amerika Serikat. Sensus tidak merekam data ini, dan begitu juga dengan organisasi lainnya. The National Center for Transgender Equality di Washington, DC memperkirakan jumlah mereka antara 0,025% hingga 1% dari jumlah total penduduk.
Hanya sedikit sekali jumlah statistik mengenai jenis operasi ini. Operasi pria menjadi perempuan atau ‘male-to-female’ (MTF) ternyata lebih sering dibandingkan perempuan ke pria atau ‘female-to-male’ (FTM) seperti yang dilakukan Bono.
Hal ini disebabkan secara signifikan transgender dari FTM ini hanya sedikit sehingga subyek penelitian sulit ditemukan. Operasi untuk perubahan jenis kelamin ini merupakan isu besar bagi gender, seksualitas dan orientasi seksual.
“Pilihan Chaz Bono mengubah hidupnya menunjukkan langkah maju, tidak hanya bagi kehidupan pribadinya tetapi juga bagi mereka yang berkomitmen untuk mendapatkan keadilan dan kesamaan bagi pihak transgender ini,” ungkap Neil G Giuliano, Presiden The Gay&Lesbian Alliance Against Defamation (GLAAD).
“Mengungkapkan diri sebagai transgender adalah sesuatu yang sifatnya sangat pribadi dan tidak pernah mudah bagi seseorang,” tambahnya lagi
Tapi isu mengenai gender ini bisa menjadi salah pengertian karena istilah yang mengelilinginya, kata C. Lynn Carr, profesor dari Seton Hall University dari New Jersey yang mempelajari hubungan antara seks, gender dan seksualitas
“Seks itu sifatnya biologis (seperti laki laki atau perempuan), gender berada dalam label sosial (seperti maskulin, feminin, androgini) sedangkan seksualitas berhubungan dengan ketertarikan seperti heteroseksual, biseksual, homoseksual, autoseksual ataupun selibat,” ungkap Carr. “Di budaya barat, baik sarjana maupun orang awam masih sulit dan bingung untuk membedakan ketiganya.”
Menjadi tidak bahagia dengan peran gender yang dimilikinya belum tentu orang itu tidak menyukai gender tersebut secara spesifik. Sebaliknya, menurut Carr, terlepas dari seksualitas, banyak dari mereka tidak merasa nyaman dengan stereotype atau labelisasi dari gender mereka.
“Dalam jangka waktu yang panjang, perempuan pada umumnya tidak puas dengan peran gender yang sedikit ini,” ungkap Carr. "Mereka begitu sering tidak puas, berdasarkan penelitian dari sebagian besar wanita dewasa di akhir abad ke-20, mengingat masa kanak-kanak. Ketika gadis bertindak atas ketidakpuasan mereka, mereka disebut 'tomboy’."
Karena tubuh atletis pada anak perempuan saat ini lebih diterima, label 'tomboy' sekarang lebih jarang digunakan, dan mungkin bahkan menghilang.
Bagi orang-orang transgender, bagaimanapun, masalah-masalah gender sebenarnya lebih daripada ketidakpuasan dengan stereotip yang diterima mereka. Menurut GLAAD, istilah "transgender" digunakan untuk menggambarkan orang-orang dengan identitas gender berbeda dari apa yang dilabelkan saat lahir.
Banyak orang transgender mengatakan bahwa tubuh mereka selalu terasa ‘salah’, dan bahwa mereka telah merasa tidak nyaman sejak anak-anak. Hal ini terutama berlaku dalam kasus interseks anak-anak, yang lahir dengan dua organ seks laki-laki dan perempuan. Dokter sering kali menetapkan jenis kelamin anak ini melalui operasi.
Sebuah studi di edisi September 2007 jurnal BJU International menemukan bahwa mayoritas pasien MTF yang menjalani pembedahan puas dengan hasilnya, meskipun masih ada komplikasi seperti pertumbuhan rambut vagina (29%), masalah kemih (27%), vagina prolapse (6%) dan kematian jaringan vagina (3%).
"Meskipun masalah ini, terutama yang kecil dan mudah diperbaiki dengan operasi sekunder, 76% pasien yang memberikan timbak balik secara rinci bahagia dengan hasil operasi mereka dan 80% mengatakan operasi telah sesuai dengan harapan mereka," tulis Jonathan C Goddard, kepala penelitian.
[inilah.com]
Cukup sulit untuk mengetahui jumlah yang berganti kelamin di Amerika Serikat. Sensus tidak merekam data ini, dan begitu juga dengan organisasi lainnya. The National Center for Transgender Equality di Washington, DC memperkirakan jumlah mereka antara 0,025% hingga 1% dari jumlah total penduduk.
Hanya sedikit sekali jumlah statistik mengenai jenis operasi ini. Operasi pria menjadi perempuan atau ‘male-to-female’ (MTF) ternyata lebih sering dibandingkan perempuan ke pria atau ‘female-to-male’ (FTM) seperti yang dilakukan Bono.
Hal ini disebabkan secara signifikan transgender dari FTM ini hanya sedikit sehingga subyek penelitian sulit ditemukan. Operasi untuk perubahan jenis kelamin ini merupakan isu besar bagi gender, seksualitas dan orientasi seksual.
“Pilihan Chaz Bono mengubah hidupnya menunjukkan langkah maju, tidak hanya bagi kehidupan pribadinya tetapi juga bagi mereka yang berkomitmen untuk mendapatkan keadilan dan kesamaan bagi pihak transgender ini,” ungkap Neil G Giuliano, Presiden The Gay&Lesbian Alliance Against Defamation (GLAAD).
“Mengungkapkan diri sebagai transgender adalah sesuatu yang sifatnya sangat pribadi dan tidak pernah mudah bagi seseorang,” tambahnya lagi
Tapi isu mengenai gender ini bisa menjadi salah pengertian karena istilah yang mengelilinginya, kata C. Lynn Carr, profesor dari Seton Hall University dari New Jersey yang mempelajari hubungan antara seks, gender dan seksualitas
“Seks itu sifatnya biologis (seperti laki laki atau perempuan), gender berada dalam label sosial (seperti maskulin, feminin, androgini) sedangkan seksualitas berhubungan dengan ketertarikan seperti heteroseksual, biseksual, homoseksual, autoseksual ataupun selibat,” ungkap Carr. “Di budaya barat, baik sarjana maupun orang awam masih sulit dan bingung untuk membedakan ketiganya.”
Menjadi tidak bahagia dengan peran gender yang dimilikinya belum tentu orang itu tidak menyukai gender tersebut secara spesifik. Sebaliknya, menurut Carr, terlepas dari seksualitas, banyak dari mereka tidak merasa nyaman dengan stereotype atau labelisasi dari gender mereka.
“Dalam jangka waktu yang panjang, perempuan pada umumnya tidak puas dengan peran gender yang sedikit ini,” ungkap Carr. "Mereka begitu sering tidak puas, berdasarkan penelitian dari sebagian besar wanita dewasa di akhir abad ke-20, mengingat masa kanak-kanak. Ketika gadis bertindak atas ketidakpuasan mereka, mereka disebut 'tomboy’."
Karena tubuh atletis pada anak perempuan saat ini lebih diterima, label 'tomboy' sekarang lebih jarang digunakan, dan mungkin bahkan menghilang.
Bagi orang-orang transgender, bagaimanapun, masalah-masalah gender sebenarnya lebih daripada ketidakpuasan dengan stereotip yang diterima mereka. Menurut GLAAD, istilah "transgender" digunakan untuk menggambarkan orang-orang dengan identitas gender berbeda dari apa yang dilabelkan saat lahir.
Banyak orang transgender mengatakan bahwa tubuh mereka selalu terasa ‘salah’, dan bahwa mereka telah merasa tidak nyaman sejak anak-anak. Hal ini terutama berlaku dalam kasus interseks anak-anak, yang lahir dengan dua organ seks laki-laki dan perempuan. Dokter sering kali menetapkan jenis kelamin anak ini melalui operasi.
Sebuah studi di edisi September 2007 jurnal BJU International menemukan bahwa mayoritas pasien MTF yang menjalani pembedahan puas dengan hasilnya, meskipun masih ada komplikasi seperti pertumbuhan rambut vagina (29%), masalah kemih (27%), vagina prolapse (6%) dan kematian jaringan vagina (3%).
"Meskipun masalah ini, terutama yang kecil dan mudah diperbaiki dengan operasi sekunder, 76% pasien yang memberikan timbak balik secara rinci bahagia dengan hasil operasi mereka dan 80% mengatakan operasi telah sesuai dengan harapan mereka," tulis Jonathan C Goddard, kepala penelitian.
[inilah.com]