Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Departemen Pertanian RI Sutartto Ali Muso mengungkapkan, jika tahun ini pemrintah berniat ekspor 1 juta ton beras, itu bisa diwujudkan. Karena menurutnya, meski banjir akibatkan puso di beberapa daerah, target 40 juta ton beras masih bisa diwujudkan. Itu disampaikannya saat panen raya padi hibrida di Desa Mojorejo Kecamatan Modo, Jum’at (6/3). Turut serta dalam panen raya itu Bupati Lamongan Masfuk dan Wabup Tsalits Fahami bersama muspida Lamongan.
Dikatakannya, tahun ini pemerintah menargetkan bisa panen 63, 5 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 40 juta ton. Jika target ini bisa diwujudkan, lanjut dia, meski melakukan ekspor 1 juta ton beras cadangan beras nasional masih akan dalam kondisi aman pada 2010 mendatang. “Meski banjir melanda beberapa wilayah pertanian di Indonesia, hal itu tidak akan berpengaruh secara nasional. Hujan lebat juga diperkirakan masih akan terjadi hingga awal Maret ini. Namun secara keseluruhan (padi) yang puso sampai saat ini mencapai 66 ribu hektar. Tahun lalu lebih besar, mencapai 100 ribu hektar, “ terang dia.
Untuk korban banjir, ditambahkannya, pemerintah sudah siapkan bibit bantuan bagi petani. Juga kemungkinan akan ada bantuan pupuk juga. Saat ini di CBN atau cadangan bebih nasional tersedia sejumlah 30 ribu ton bibit. Atau setara untuk 1,5 juta hekatar lahan pertanian. “Sementara terkait padi hibrida, untuk produksi memang sudah cukup memuaskan. Seperti disini (Modo) bisa hingga 12 ton per hektar. Namun memang ada kelemahan yang harus kita atasi. Yakni masalah harga yang masih tinggi. Untuk masalah harga bisa diatasi jika nanti sudah diproduksi di dalam negeri. Alias tidak impor lagi. Selain itu benih hibrida ini juga masih memerlukan sedikit adaptasi dengan iklim tropis di Indonesia karena benih ini asalnya dari daerah subtropis, “ papar dia panjang lebar.
Dia juga menyatakan keprihatinannya dengan petani yang belum gunakan pupuk organik sebagai penyeimbang dan perbaikan tanah pertanian. Meski tahun ini alokasi pupuk sudah jauh melampau tahun lalu yang 4,8 juta ton sementara tahun ini 5,5 juta ton, namun jika petani tidak mau beralih ke pupuk organik, (alokasi) itu tidak akan pernah cukup. Pejabat yang sudah beberapa kali ke Lamongan ini juga meminta pada pemerintah setempat untuk awasi penyelewangan pupuk. “Karena soal penyelewengan pupuk, yang paling tahu harusnya adalah pemerintah daerah, “ ungkap dia.
Masfuk pada kesempatan itu juga menyampaikan uneg-uneg petani Lamongan pada Sutarto. Dia menyampaikan, meski (harga) pupuk naik sedikit, itu tidak masalah bagi petani asal barangnya tersedia cukup. “Meski pupuk ewet (jawa : susah), namun Lamongan bisa menjadi produsen padi nomor satu di Jatim. Apalagi kalau kebutuhan pupuk bisa terpenuhi, “ ujar Masfuk.
Berdasar data Dinas Pertanian Kehutanan Lamongan menyebutkan, pada 2008 lalu produksi padi Lamongan mencapai 839.974 ton GKG. Sementara data sampai dengan Februari 2009 ini realisasi tanam padi mencapai 73.912 hektar dan realisasi panennya mencapai 25.235 hektar. Sementara produksinya mencapai 167.308 ton dengan produktifitas rata-rata mencapai 66,3 ton per hektar GKG. Produksi ini mencapai 21,88 persen dari target produksi 764.433 ton GKG tahun ini.
Sedangkan untuk program Bantuan Langsung Bibit Unggul (BLBU), tahun ini Lamongan mendapat alokasi untuk padi hibrida sebanyak 42 ton atau setara 2800 hektar. Kemudian untuk padi non hibrida sebanyak 53,875 ton atau setara 4.500 hektar. Selanjutnya jagung hibrida sebanyak 67,5 ton setara untuk 4,500 hektar dan kedelai sebanyak 81,4 ton atau setara 2.035 hektar. Selain itu juga ada program Bantuan Langsung Pupuk (BLP) NPK sebanyak 524,95 ton serta pupuk organic cair sebanyak 10.499 liter.