Masyarakat juga bisa diberikan pelatihan tanggap bencana. Sehingga ketika bencana datang, tanpa menunggu ditolong sudah bisa melakukan tindakan-tindakan darurat. Terutama untuk masyarakat yang berada di daerah yang berpotensi besar terlanda bencana. Seperti desa-desa di Kabupaten Lamongan sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo yang sering kena luapan air.
Hal tersebut disampaikan Abdul Azizi Ketua Bidang Organisasi Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) saat menghadiri Pencanangan Pelaksanaan Awal Operasional Pengurus Ranting Kecamatan PMI se Kabupaten Lamongan di Gedung Korpri setempat, Selasa (10/3). Menurutnya, Ranting PMI yang berada di setiap kecamatan adalah garda terdepan penanganan bencana. “Ketika bencana terjadi, yang pertama bergerak adalah PMI yang berada di ranting-ranting ini, “ kata dia.
Kalau bisa, lanjut dia, nanti bisa dibentuk anak ranting PMI di pedesaan. Terutama untuk desa yang sering terkena bencana. “Dengan adanya anak ranting PMI di sebuah desa, masyarakatnya bisa diberikan pelatihan tanggap penganggulangan bencana. Sehingga ketika bencana datang, sebelum pertolongan lebih lanjut dari pemerintah datang, masyarakat sudah bisa melakukan tindakan-tindakan awal, “ papar dia.
Pada kesempatan itu Abdul Aziz juga sampaikan ditiadakannya bantuan alat reagen dari pemerintah pusat melalui Departemen Kesehatan. Alat ini sendiri berfungsi untuk melakukan pemeriksaan kemungkinan penyakit yang terkandung dalam darah seperti HIV, Sipilis, maupun hepatitis A dan B. Sehingga akan ada penambahan ongkos pengolahan darah.
Sementara Bupati Lamongan Masfuk dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya atas dioperasionalkannya ranting PMI di kecamatan. Namun pada kesempatan itu dia juga berharap agar PMI yang baru diresmikan ini jangan hanya sebatas formalitas saja. “Bekerja di PMI adalah kerja sosial, kerja untuk akherat. Jadi jangan sampai PMI ini hanya sekedar formalitas saja. Kalau terjadi bencana jarus menjadi yang pertama bergerak. Selain itu juga harus bisa back up Pak Wabup (Tsalits Fahami) selaku Ketua Pelaksana Harian Satlak PB Lamongan dengan memberi laporan ke sana, “ tutur dia.
Pencanangan Pelaksanaan Awal Operasional Pengurus Ranting Kecamatan PMI se Kabupaten Lamongan ditandai dengan penyematan rompi PMI kepada pelindung PMI di ranting, yakni camat setempat oleh Masfuk yang juga pelindung PMI Cabang Lamongan. Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua PMI Cabang Lamongan Sudjiman dan Sekkab Fadeli.
Sesuai dengan PP no 18 tahun 1980, darah memang tidak diperjualbelikan. Sementara biaya yang selama ini dikeluarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan darah tersebut adalah ongkos untuk pengolahan darah, bukan untuk darah itu sendiri. Sejak Februari 2009, ongkos pengambilan darah di PMI Lamongan yang merupakan jejaring untuk tiga kabupaten yakni Lamongan, Bojonegoro dan Tuban, sudah mengalami kenaikan seiring ditiadakannya subsidi reagen oleh pemerintah pusat. Untuk kantong darah bagi rumah sakit negeri dan puskesmas yang sebelumnya Rp 120 ribu perkantong, ongkosnya kini naik menjadi Rp 200 ribu perkantong. Sementara untuk rumah sakit swasta dari sebelumnya Rp 170 ribu perkantong naik menjadi Rp 250 ribu perkantong.
Seperti disampaikan Sudjiman, kebutuhan kantong darah di Lamongan berkisar 600 kantong sebelumnya. Sementara kemampuan supply oleh PMI Lamongan sekitar 300 kantong setiap bulannya. Sehingga untuk menutupi kekurangan itu sering diambilkan dari Unit Transfusi Darah Surabaya. Sampai dengan Selasa siang, stok darah di PMI untuk golongan B kosong, sementara untuk darah golongan A tinggal 1 kantong dan darah golongan 0 masih ada 19 kantong.
Sumber : Humas Pemkab Lamongan