Oom Pasikom gemar berjas dan bukan berbatik. Ia memegang dagu kemudian mengarahkan pandangan lurus ke angka "20...". Seorang bocah berkepala plontos tanpa alas kaki menggamit tangan kanan Oom Pasikom. Pandangan Oom Pasikom mengarah ke depan, sementara sang bocah mengarah ke belakang menatap tulisan 2011 ditingkahi huruf nol berhiaskan seorang badut berhidung bulat.
Sang bocah berujar, 2011 Tahun Dusta! Wow, karikatur garapan GM Sudarta di harian Kompas itu seakan diinspirasi oleh ungkapan klasik Latin, Dies docem docet yang artinya hari yang satu mengajar kepada hari yang lain. Pakem mujarab ketika orang dininabobokan oleh beragam resolusi memasuki gerbang 2012.
Bagi seorang pegawai swasta, resolusinya mampu memenuhi target perolehan kredit poin agar mampu mendongkrak pendapatan. Bagi seorang pegawai negeri, resolusinya menaruh harapan agar tahun mendatang bahan bakar minyak (BBM) tidak meroket. Bagi mereka yang masih menjomblo, resolusinya satu saja, mendapat jodoh berkantong tambun. Resolusi bersumber kepada pandangan bahwa waktu membuahkan narasi sejarah.
Contohnya? Kalau korupsi menyejarah di sumsum bangsa Indonesia, maka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perlu membaca tanda-tanda jaman dengan menemukan makna baru melebur cakrawala (fusion of horizon) seputar "kami" dan "mereka".
Kami adalah seluruh personel KPK tanpa kecuali. Mereka adalah cecunguk di sarang penyamun. Mereka adalah kasus dana talangan Bank Century, kasus Muhammad Nazaruddin, dan kasus Nunun Nurbaeti.
"Hasil audit BPK yang baru terkait kasus Bank Century membuktikan adanya aliran ke kerabat Istana yang perlu KPK tindak lanjuti," kata Feri Amsari, Peneliti Pusat Studi Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang. "Nunun bukanlah 'pelabuhan utama". Para bandit kuncinya harus terungkap. KPK memiliki kesempatan membuka aib anggota DPR dan para mafia pencucian uang di kasus ini," katanya pula.
Tanpa bergenit-genit dengan target, Oom Pasikom mengamini bahwa 2011 sarat dusta. Bukankah korupsi buah dari dusta? Dusta adalah awal kematian. Menurut penulis satir dari Roma, Horatius, kematian yang cepat itu meruntuhkan (Cita mors ruit). Dusta meruntuhkan dan korupsi meruntuhkan. Titik.
Hati-hati menapaki 2012. Ketika KPK memberantas penilep duit rakyat, maka waspadalah dengan pernyataan bahwa sepuluh atau lima belas tahun ke depan Indonesia meraih jaman keemasan. Itu mitos kemakmuran yang ditiup-tiup oleh elit yang telah belajar dari pujangga cinta Ovidius.
Aurea sunt vere nunc saecula, menurut Ovidius. Artinya, dewasa ini adalah abad keemasan. Secara ironi, ungkapan itu dapat diartikan bahwa "saat ini uang dapat membeli segalanya". Inikah tembang anyar 2012?
Tembang kontemporer tahun 2012 tidak lain dan tidak bukan, "kiamat". Ketua Dewan direksi Aerospace Consulting Corporation, Lawrence E Joseph dalam bukunya Apocalypse 2102 yang sudah diindonesiakan berjudul Kiamat 2012, Investigas Akhir Zaman, memproklamasikan bahwa kiamat kini difavoritkan oleh kami dan mereka.
Ups, jangan cepat-cepat menyanggah dengan menegaskan bahwa kiamat rahasia Ilahi. Bagi Joseph, gagasan kiamat 2012 berfungsi sebagai jembatan bagi kemungkinan datangnya akhir kehidupan. Gerakan kiamat 2012 memfokuskan perhatian kepada makna akhir (the sense of ending).
Kalau saja manusia berhikmat dengan makna Kiamat, maka boleh jadi Tuhan tersenyum. Buatlah sesama lebih dulu tersenyum, karena Tuhan telah lebih dulu dan lebih dulu tersenyum. Dengan tersenyum, di sana ada tawaran cinta. Senyum menghalau kematian sesaat.
Tidak ada kata yang dapat mengartikan sepenuh-penuhnya makna senyum. Citrakanlah KPK sebagai lembaga yang disesaki oleh personel yang suka senyum, bukan personel setengah malaikat. Langkah laku "hanky-panky", patgulipat, akal-akalan duit rakyat, terjadi ketika orang saling mengobral senyum. Aku tersenyum agar engkau memberi uangmu, demikian kredo koruptor.
Tahun 2011 dusta, dan 2012 "kiamat", apabila KPK mengalami inflasi senyum, apabila berulang lima perilaku anggota DPR yang menjengkelkan hati rakyat. Wahai anggota DPR, perbanyak senyum kepada rakyat, jauhi studi banding ke luar negeri, jangan lagi ngotot membangun gedung baru, hapuskan citra bahwa DPR bunker para koruptor, jangan suka mangkir, hindari hidup bergaya hedonistis.
Ketika menghadapi permenungan soal waktu, filsuf N Drijarkara mengajukan pertanyaan, apa sebabnya manusia merayakan Tahun Baru? Manusia sadar akan waktu, artinya yang manusia alami ialah saat sekarang dalam rajutan pengalaman yang lalu dan yang akan datang.
Semua ini hanya mungkin karena kita mengalami saat sekarang, kata Drijarkara. Kenyataannya, manusia mendapati dirinya sebagai makhluk yang "terdampar" dan "terlempar", artinya tidak setiap perbuatan manusia dapat dipertanggungjawabkan dan tidak setiap perbuatan merupakan kesetiaan terhadap kewajiban.
Pada 8 Januari 1986, GM Sudarta menurunkan karikatur Oom Pasikom yang mengomentari seputar tahun keprihatinan. Digambarkan bahwa Oom Pasikom bersama sang bocah berkata-kata bersama dengan seorang yang berdasi dan berbadan tambun. Berkatalah si orang kaya, "Bagi saya hidup mewah: kapal pesiar, pesawat pribadi. Hidup sederhana: Rolls Royce."
Orang kaya lain berkata, "Bagi saya, hidup mewah: Mercy Tiger, dan hidup sederhana: Corolla." Dengan tercengang, Oom Pasikom menjawab, "Bagi saya?" Serta merta tangan Oom Pasikom terentang dengan senyum mengembang seraya berujar, "Hidup mewah: Fried Chicken." Dan sang bocah ikut tersenyum seraya berkata, "Hidup sederhana adalah Tempe Goreng!"
Tahun 2012, tahun Hidup sederhana!
sumber : antara