Kabid  Humas Polda Gorontalo, AKBP Lisma Dunggio, tak habis pikir dengan  keputusan Norman Kamaru yang lebih memilih menjadi artis dibanding  menjadi polisi.
Menurut Lisma, pihaknya telah  memberikan kesempatan bagi Norman untuk manggung pada akhir pekan hingga  tawaran pindah dinas ke Jakarta agar bisa lebih dekat dengan sumber  mata pencarian sampingannya sebagai penyanyi. Namun, semua ditolak oleh  Norman.
Menurutnya, tidak semua anak  muda Indonesia berkesempatan menjadi polisi, bahkan banyak yang gagal  saat seleksi masuk menjadi anggota Polri. Belum lagi, gaji  pascaremunerasi yang mencapai lebih Rp 3 juta untuk seorang brimob  berpangkat Briptu seperti Norman.
Namun, itu semua tak  mengendurkan kebulatan niat Norman untuk keluar dari kepolisian. "Yah,  memang dasar bodoh! Kalau si Norman ini bisa lebih pintar dalam  berpikir, dia seharusnya tak keluar. Ini mungkin karena dia di Jakarta  sudah menjadi orang kaya. Dia enggak tahu, bahwa banyak artis-artis yang  sudah terkenal bisa jatuh. Apalagi dia," ujar Lisma, seusai pembacaan  putusan sidang etik Polda Gorontalo yang memberhentikan Norman dari  kepolisian, Selasa (6/12/2011).
Lisma sendiri mengaku kaget  mengetahui pengakuan Norman dalam sidang etik, bahwa dirinya ingin  keluar dari kepolisian karena sudah capek menjadi seorang polisi.
Menurut Lisma, Kapolda Gorontalo  Brigjen Irawan Dahlan telah merelakan keluarnya Norman dari lingkungan  kepolisian Gorontalo. Dan tak ada sedikit pun rasa penyesalan bagi Polda  Gorontalo untuk memberhentikan polisi seperti Norman, karena sudah  tidak bisa diatur. "Ngapain Kami pusing. Dia anak bandel. Anak seperti  itu sudah susah diatur," ketusnya.
Administrator
