Kerajinan piring Ingke Lombok tergolong kerajinan unik karena berbahan dasar sapu lidi atau tangkai daun kelapa. Kerajinan ini belakangan mulai dikenal, bahkan merupakan usaha yang cukup menjanjikan. Piring Ingke biasanya di gunakan untuk acara pesta karena jauh lebih praktis dari pada piring kaca.
Dipinggiran kota kabupaten Lombok Barat tepatnya di desa Gunungsari, sebagian besar warga berprofesi sebagai pengrajin Ingke. Yang rata-rata telah menekuni usahanya selama Empat tahun.
Untuk membuat piring Ingke, gampang-gampang susah. Yang di butuhkan adalah ketekunan dan keuletan, saat meragkainya anyaman. Di samping itu, kemmpuan memilih bahan dasar, akan sangat membantu menghasilkan piing Ingke yang berkualitas.
Di samping tangkai daun kelapa, bahan dasar lain adalah tali rafia dan pernis. Sapu lidi dipilah-pilang untuk dirangkai. Mmasing-masing bagian berisi 10 batang lidi, kemudian dikait-kaitkan dan di ikat dengan tali rapia, proses inilah yang paling dasar, untuk menghasilkan piring Ingke yang bagus.
Setelah proses merangkai dasar Ingke,pengrajin mulai membentuk rangkaian menjadi piring, kemudian dirapikan. Proses selanjunya adalah mewarnai piring Ingke dengan pernis yang dicampur pewarna kuning. Setelah itu piring Ingke disusun dan diikat dengan tali rafia. Untuk kemudian siap dibawa pemesan.
Selain piring Ingke, warga juga membuat berbagai jenis kerajinan dari sapu lidi, seperti narean atau nampan, tempat buah dan mangkok nasi serta sayur.
Harganya pun bervariasi, untuk piring harganya 1500 hingga 2000 Rupiah perbuah. Tempat buah 7.500 Rupiah, sedangkan tempat nasi dan sayur hanya 17.500 hingga 20 Ribu Rupiah.
Piring Ingke buatan warga ini bukan hanya terkenal di Nusantara karena banyak di minati pengusaha restaurant, depot, lesehan, tetapi di kenal hingga ke Mancanegara seperti Australia dan Eropa.