Menurunnya minat masyarakat terlebih generasi muda terhadap kesenian tradisional wayang kulit, tidak menurunkan semangat Suparmin, warga Dusun Kerengen, Desa Kramat, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung Jawa Tengah yang tetap melestarikannya, meski dengan kondisi modal yang pas-pasan.
Hasil kerajinan rumahan yang telah belasan tahun berproduksi ini, telah dipakai oleh sejumlah dalang terkenal di daerah jawa tengah dan yogyakarta.
Menurut Suparmin, wayang kulit memiliki nilai sejarah yang cuku mendalam bagi masyarakat jawa. Berangkat dari nilai sejarah yang sangat tinggi tersebut, Suparmin ingin melestarikan budaya wayang kulit yang dewasa ini pamornya semakin meredup.
Untuk membuat wayang kulit, dibutuhkan kulit lembaran yang kualitasnya bagus. Bermodalkan alat-alat sederhana, kerajinan yang memadukan seni dan sejarah ini membutuhkan proses belajar yang lama. Selain itu, membutuhkan keuletan dan pengetahuan sejarah pewayangan.
Dengan dibantu istrinya, Suparmin membuat berbagai wayang baik model wayang Yogyakarta maupun Surakarta. Dalam satu bulan sedikitnya lima buah wayang berhasil dibuatnya.
Suparmin yang mengaku mencintai salah satu seni budaya peninggalan nenek moyang itu, telah menekuni kerajinan wayang kulit sejak tahun 1993. Namun baru sekitar tahun 1995, hasil kerajinannya mulai dikenal di sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Untuk pemasaran, dirinya mengaku selama ini hanya melayani pesanan sejumlah dalang. Harga yang dipatok bervariasi mulai 250 Ribu hingga Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah per buah.
Keterbatasan tenaga kerja dan modal untuk belanja berbagai bahan baku, tidak mudah terpenuhi bagi Suparmin. Apalagi, saat ini sedang menerima banyak pesanan dari berbagai daerah. Untuk itu, Suparmin berharap agar pemerintah bisa membantu permodalan.