DIKUTIP.COM - Teruntuk para pengemban dakwah yang rela menghabiskan hari – harinya demi memperjuangkan tegakknya Diin Allah…
Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh…
Bagi para pengemban dakwah…
Bagi para penegak syariah…
Bagi para pejuang tegakknya Khilafah…
Dimana pun kalian berada…
Atas izin Allah Azza wa Jalla…
Perjuangan kalian berpuluh tahun lamanya…
Perjuangan kalian di segenap penjuru dunia…
Perjuangan kalian yang tiada hentinya…
Akan segera membuahkan hasil yang nyata…
Cahaya kemenangan segera terbit…
Gaung kemuliaan segera membahana…
Kibaran ar – Roya’ dan al – Liwa’ segera mewarnai pelosok dunia..
Bagi para penegak syariah…
Bagi para pejuang tegakknya Khilafah…
Dimana pun kalian berada…
Atas izin Allah Azza wa Jalla…
Perjuangan kalian berpuluh tahun lamanya…
Perjuangan kalian di segenap penjuru dunia…
Perjuangan kalian yang tiada hentinya…
Akan segera membuahkan hasil yang nyata…
Cahaya kemenangan segera terbit…
Gaung kemuliaan segera membahana…
Kibaran ar – Roya’ dan al – Liwa’ segera mewarnai pelosok dunia..
Wahai Ikhwah fillah…
Ketika iman kepada Allah telah merekah subur dalam jiwa dan kemanisannya telah berpadu dengan hati, maka orang yang merasakannya akan menjadi orang yang sangat penyabar dari setiap mara bahaya, tidak berkeluh kesah dari hari – hari yang penuh dendam, juga tidak gundah gulana di malam – malam yang terhimpit musibah. Bahkan sebaliknya, dari penampilan mereka, kita bisa melihat sikap keberanian dan kegagahan yang luar biasa mengagumkan tapi juga tidak melupakan kelembutan. Manakala ujian yang sangat dahsyat menimpanya dan bahaya besar mengguncangnya, iman dan keteguhannya kian bertambah, sabar, dan keyakinannya kian teguh dan mantap.
Wahai Ikhwah fillah…
Telah kita ketahui contoh – contoh yang mengagumkan dari sikap generasi awal sahabat Rasulullah saw, dalam kesabarannya terhadap bencana, keteguhannya yang amat kukuh, dan kerelaanya menjadi penebus agama ini. Moga kalian menempuh jalan kesabaran dari mereka dan berjalan di atas kegagahberanian mereka. Sungguh, di dalamnya terdapat peringatan bagi orang – orang yang selalu ingat.
Wahai Ikhwah fillah…
Simaklah kisah Bilal bin Rabah ra.
Inilah mukmin yang luar biasa sabarnya. Ketika ia berada dalam jalan dakwah dan berketeguhan dalam iman. Telah dijumpainya berbagai macam siksaan, mara bahaya, penindasan, dan keperihan yang sangat memilukan. Tiap kali himpitan kepiluan mengenai dirinya, saat batu besar yang disulut kobaran api yang diletakkan di atas perutnya, dan cemeti beruntun mengenai dadanya malah kian bertambah iman dan keteguhannya. Sebagai perlawanan terhadap kekafiran dan pelakunya, dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia puja – puji Allah, “Ahad… Ahad… Ahad…”
Wahai Ikhwah fillah…
Simaklah kisah Ammar dan ibunya, Sumayyah, serta bapaknya, Yasir ra.
Sungguh, inilah keluarga yang dengan sabar menghadapi penderitaan yang dijumpainya dalam agama mereka. Mereka begitu teguh di atas haq. Tidak ada manusia lain yang menghadapi penderitaan yang dialami oleh keluarga ini. Ketika suku Ani Makhzum mengetahui keislaman mereka, segera saja mereka menghatamnya dengan serangkaian siksaan yang pedih. Keluarga yang telah mengecap manisnya hidayah Allah ini, mereka belokkan dari agamanya, dan mereka rayu agar kembali lagi menjadi kafir.
Di Mekah terdapat sungai batha (sungai yang lebar yang di dalamnya terdapat dataran kerikil – kerikil). Di batha inilah, Ammar, bapaknya, dan ibunya, berhari – hari disiksa di dekat sengatan kobaran api. Ketika Rasulullah saw berlalu melewatinya, didapatinya keluarga itu sedang dibantai, dibelenggu dengan rantai yang membelenggu tubuhnya, dan berujar, “Inilah masa itu…”. Lalu Rasulullah menatap ke langit seraya menghibur keluarga itu dengan kata – kata, “Tentramlah kalian wahai keluarga Yasir, sesungguhnya janji untuk kalian adalah surga.”
Setelah mendengar ucapan Nabi saw, tenanglah jiwa keluarga Yasir, tentramlah kalbu mereka. Namun ketika Abu Jahal (Moga Allah melaknati ia) datang pada mereka, dengan kebengisan yang luar biasa yang pernah disaksikan manusia, dihantamnya keluarga Yasir, dipupuskannya keluarga ini. dan, gugurlah Sumayyah menjadi wanita syahidah, dialah wanita pertama yang syahidah dalam Islam. Sejenak kemudian diikuti oleh suaminya, Yasir. Seperti istrinya yang syahidah lebih dulu, sejarah juga mencatat, Yasirlah lelaki pertama yang syahid dalam Islam.
Kini tinggalah Ammar yang dibantai dengan siksaan yang tiada terperikan. Ia tegar, tetap menghadapinya dengan kesabaran yang luar biasa. Allahu Akbar !!! Demikianlah keharusan untuk tetap teguh pada kebenaran dan sabar atas marabahaya. Hanya dengan sikap ini saja, cukuplah bagi keluarga Yasir untuk memperoleh kebesaran, kehormatan, kemuliaan dan keabadian di sepanjang waktu.
Wahai Ikhwah fillah…
Simaklah kisah Mus’ab bin ‘Umair ra.
Ia seorang yang tumbuh dalam gelimang kemewahan, mekar dalam kenikmatan dan kesenangan hidup. Ia adalah pemuda Mekah tulen. Ia tampan. Kedua orang tuanya sangat mencintainya. Ibunya dipenuhi oleh harta yang berlimpah. Dari harta inilah ia persolek Mus’ab dengan busana yang terbaik dan termahal.
Mus’ab lah orang paling perlente di antara penduduk Mekah. Sepatunya saja khusus dari jenis sepatu Hadramaut. Adalah Rasulullah saw berdakwah di rumah al Arqam bin Abi al Arqam. Lalu Mus’ab pun ikut masuk ke sana, memeluk Islam dan memercayainya pula. Keluar dari Darul Arqam, karena takut pada ibu dan kaumnya, ia sembunyikan keislamannya. Lalu, ketika masalah sebenarnya tersingkap, mereka segera menciduk dan menahan Mus’ab. Tiada henti Mus’ab dibui dan disiksa, sampai ia bisa keluar lolos ke negeri Habasyah pada peristiwa hijrah Rasulullah yang pertama. Kemudian Mus’ab kembali bersama orang – orang Muslim lainnya, ketika mereka juga kembali dari hijrahnya.
Khabbab bin al Arat bertutur,
“Kami hijrah bersama Rasulullah saw, kami semua mencari keridhaan Allah, dan persoalan kami, kami taruhkan sepenuhnya pada Allah. Sebagian dari kami ada yang telah berlalu pergi, dan tidak merasakan sesuatu pun dari hasil hijrahnya. Seorang di antaranya adalah Mus’ab bin ‘Umair yang terbunuh pada saat perang Uhud. Saat itu tidak ditemukan sesuatu pun yang dapat digunakan untuk mengubur mayat Mus’ab kecuali kain burdah (karung yang dipakai di atas permukaan pakaian). Burdah itu, jika digunakan untuk menutupi bagian kepala Mus’ab, akan terlihat kakinya menjulur keluar. Demikian pula jika hendak menutupi bagian kakinya, akan nampak pula kepalanya.
Lalu Rasulullah bersabda kepada kami, “Gunakan saja burdah itu untuk menutupi bagian kepala, dan kakinya tutupi dengan izkhir (tumbuhan yang berbau harum)”
Sungguh, Rasulullah pun berdiri terpana di hadapan pemuda itu. Di hadapan mayat Mus’ab yang membujur dan dibalut dengan sehelai burdah. Dengan air mata berlinang, Rasulullah saw berujar, “Dulu aku melihatmu di Mekah. Tak seorang pun yang lebih baik pakaiannya dibanding engkau. Juga tak ada orang lain yang paling bagus rambutnya ketimbang rambut engkau… Dan, kini kau, rambutmu, telah lumat oleh sehelai burdah…” Lalu Rasulullah membacakan ayat :
“Di antara orang – orang Mukmin itu ada orang – orang yang menepati janjinya kepada Allah, di antara mereka ada yang telah berlalu gugur, dan di antara mereka ada pula yang menunggu – nunggu. Sedikit pun mereka tidak merubah janjinya.” (QS. al – Ahzab : 23)
Wahai Ikhwah fillah…
Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat yang dilanda kegandrungan pada prinsip – prinsip Islam, tampaknya ujian dan kesabarannya atas berbagai macam peristiwa dan musibah, mereka ketahui dari Nabi dan panutan mereka, pemimpin para pahlawan, guru para mujahid, Rasulullah saw. Moga rahmat, keberkahan, dan kesejahteraan tetap untuknya.
Wahai Ikhwah fillah…
Tahukah kalian? Dengan berbagai cara orang – orang Musyrik Mekah melancarkan siksaannya kepada Nabi. Beragam taktik dan metode mereka terapkan demi untuk menyusahkan Rasulullah saw.
Untuk apa? Yaitu agar Rasulullah saw membelokkan dakwahnya dan menahan diri dari menyampaikan risalah Islam. Kendati demikian Rasulullah tetap tidak memperdulikannya, tidak tunduk, tidak takluk. Dengan harta, kekuasaan, dan wanita, mereka rayu Rasulullah agar meredam dirinya dari menyampaikan dakwah Islamiyyah, namun Rasulullah tetap maju pantang mundur, tetap tidak tunduk, dan tidak takluk.
Wahai Ikhwah fillah…
Agar Rasulullah menghentikan dakwahnya, segala taktik dan cara dikerahkan oleh orang – orang musyrik. Dengan berbagai macam desakan dan pemerasan yang luar biasa hebatnya, cibiran, olok – olok, cemooh, menebar kebusukan, kerusakan, kebingungan, serta “pemutusan urat nadi” dan blokir ekonomi secara menyeluruh kepada Rasulullah dan penolong – penolongnya. Lalu bagaimana dengan Rasulullah sendiri? Lagi – lagi Rasulullah tetap tidak tunduk dan takluk ! Tidak puas dengan taktik seperti itu, akhirnya orang – orang Musyrik menetapkan untuk membunuh Nabi. Dan sekali lagi, Rasulullah, tetap tidak merendah dan tidak tunduk !
Demikianlah contoh teladan yang luhur yang diberikan oleh Rasulullah saw, teguh pada kebenaran dan sabar terhadap cobaan. Sampai Beliau hijrah, lalu Allah mengizinkan Beliau untuk jihad, sehingga datang pertolongan Allah dan kemenangan. Apabila Nabi dan para sahabat yang keluar dari Madrasah Kenabian tidak menemukan sangat suka citanya jiwa dalam keimanan, manisnya kalbu dalam keislaman, kebahagiaan yang besar dalam cobaan, niscaya mereka tidak akan sanggup bersikap sabar. Mereka tidak akan saling meneguhkan kesabaran, enggan untuk bersiap siaga dan berjihad, dan perjuangannya pun tidak semata – mata ditujukan karena Allah.
Wahai Ikhwah fillah…
Itulah manifestasi iman, saat kemanisannya berpadu dengan hati. Itulah perwujudan dari keyakinan yang telah merasuk dalam jiwa dan dada. Demikianlah gambaran Islam ketika kecerdasan dan rasio menghargainya dengan luhur.
Wahai Ikhwah fillah…
Sungguh, pendahulu – pendahulu kalian yang pemberani dan terpuji itu tidaklah akan mampu mengadakan pembebasan sebelum mereka merasakan manisnya iman dari lubuk hatinya yang terdalam. Mereka tidak akan mampu membebaskan suatu kerajaan sebelum mereka dapat menyentuh lezatnya Islam dari kedalaman jiwa mereka. Mereka pun tidak akan mampu menegakkan kekuasaan Islam di dunia ini sebelum mereka merasakan manisnya jihad demi untuk menegakkan kalimat Allah di kedalaman relung hati mereka.
Wahai Ikhwah fillah…
Kini kalianlah tumpuan harapan terbitnya Islam dalam membangun kembali Daulah Islamiyyah, keagungannya dan kesatuannya. Kalianlah harapan kaum Muslimin dalam mengembalikan system Kekhalifahan yang disinari petunjuk di muka bumi ini dan mengulang kejayaan umat Islam yang telah punah berlalu dari dunia. Di setiap tempat, kalianlah orang yang banyak diharapkan kebaikannya, karena kalianlah sang pembebas, tentara penebus, da’i sebenarnya, sang pengibar panji dan pengusung obor hidayah dalam setiap gerak dan laku apapun.
Kini kalianlah tumpuan harapan terbitnya Islam dalam membangun kembali Daulah Islamiyyah, keagungannya dan kesatuannya. Kalianlah harapan kaum Muslimin dalam mengembalikan system Kekhalifahan yang disinari petunjuk di muka bumi ini dan mengulang kejayaan umat Islam yang telah punah berlalu dari dunia. Di setiap tempat, kalianlah orang yang banyak diharapkan kebaikannya, karena kalianlah sang pembebas, tentara penebus, da’i sebenarnya, sang pengibar panji dan pengusung obor hidayah dalam setiap gerak dan laku apapun.
Wahai Ikhwah fillah…
Sodorkanlah untuk mereka suri teladan dalam keistiqomahan kalian memegang teguh prinsip – prinsip Islam, manhaj – manhaj syariah, dan wala’ kepada Allah dan Rasul – Nya. Suguhkanlah contoh dalam kerekatan ruh persaudaraan Islam dan aplikasi hak – hak persaudaraan itu. Berikanlah suri teladan dalam kebaikan muamalat dengan sesama manusia dan kemuliaan akhlak kalian pada manusia seluruhnya. Tampakkan pada mereka suri teladan dalam keteguhan pada yang haq dan sepak terjang kalian di medan dakwah. Karena Islam sedang melaju kencang dengan kecepatan yang sangat mencengangkan.
Wahai Ikhwah fillah…
Gema seruan kita terdengar melintasi gereja – gereja di Britania
Sebelum skuadron membebaskan negeri – negeri
Mengapa kau lupakan Afrika
Tidak kau lupakan hamparan saharanya
Bumi itu mendayung laksana pijar bola api
Bentengkan dada kita sebagai pedang
Mengapa kita gentar saat kelaliman menggila
Kesewenangan merajalela?
Laksana kilatan kelewang yang hanya menerpa bunga – bunga
Terkubur rumput liar
Mengapa sirna nyali kita
Pada penguasa yang bengis hendak memerangi kita?
Sebelum skuadron membebaskan negeri – negeri
Mengapa kau lupakan Afrika
Tidak kau lupakan hamparan saharanya
Bumi itu mendayung laksana pijar bola api
Bentengkan dada kita sebagai pedang
Mengapa kita gentar saat kelaliman menggila
Kesewenangan merajalela?
Laksana kilatan kelewang yang hanya menerpa bunga – bunga
Terkubur rumput liar
Mengapa sirna nyali kita
Pada penguasa yang bengis hendak memerangi kita?
(nb : puisi terakhir diambil dari Bro Muhammad Iqbal, semoga Allah mencucurkan rahmat kepadanya)