Jika di lihat sepintas, suasana di bengkel kreasi milik Nur Cahya Nasution, di Jalan Bersama, Gang Musyawarah, Medan Tembung Kota Medan Sumatera Utara, tidak ada bedanya dengan bengkel kerajinan batik di beberapa daerah lainnya seperti di Pekalongan atau sentra-sentra batik di pulau Jawa lainnya.
Namun jika diperhatikan lebih seksama, terdapat puluhan pengerajin yang tengah mengerjakan batik tulis dengan motif khas dari tanah Batak. Memadukan motif khas Batak dengan aneka warna, bengkel kreasi yang telah berdiri sejak tahun 2008 lalu, menghasilkan aneka ragam kain batik khas tanah Batak yang memiliki nilai estetika yang cukup tinggi.
Proses pembuatan batik Batak, tidak berbeda jauh dengan pembuatan batik dari tanah jawa. Setiap motif batik terlebih dahulu di gambar diatas kertas, kemudian di tulis menggunakan canting.
Setelah selesai, kain batik di rebus sebagai proses pewarnaan. Setelah beberapa jam di rebus, kain batik langsung bilas dengan air bersih dan di jemur hingga kering.
Hampir seluruh bahan baku pembuatan batik tulis, mulai dari canting, tinta hingga kain di datangkan dari daerah Pekalongan Jawa Tengah.
Sang pemilik bengkel, Nur Cahya Nasution mengaku awalnya mempelajari pembuatan batik dengan mengikuti pelatihan pembuatan batik di daerah Pekalongan. Sekembalinya ke Medan, Nur Cahya Nasution kemudian terinpirasi membuat batik dengan motif dan warna khas tanah Batak.
Saat ini Nur Cahya Nasution, telah memproduksi batik dengan aneka ragam motif dari berbagai suku yang ada di Sumatera Utara seperti, boneka Sigale-Gale dan Gorga yang berasal dari Batak, Pucuk Rebung dari suku Melayu atau motif Pangeret-eret dari tanah Karo.
Menurut Nur Cahya, motif yang paling di gemari yakni motif Gorga yang merupakan motif khas Batak. Hampir setiap pembeli selalu mencari motif jenis ini. Gorga dalam bahasa suku batak Toba adalah corak atau motif pada selendang batak serta gambar ukiran pada rumah adat.
Setiap hari bengkel kreasi ini menghasilkan lima helai kain batik cap atau cetak. Sedangkan untuk batik tulis, yang di kerjakan oleh empat orang pengerajin hanya mampu menghasilkan enam helai kain.
Untuk satu buah kain batik buatannya, Nur Cahya mematok harga yang bervariasi. Batik tulis dijual seharga 80 Ribu Rupiah, sedangkan batik cap hanya 60 Ribu Rupiah.
Nur Cahya Nasution hanya ingin agar batik Batak buatanya di kenal di seluruh Indonesia. Selain itu ia juga bertekad akan terus membuat motif khas suku-suku yang ada di Sumatera Utara. “Cara ini merupakan salah satu jalan memperkenalkan budaya masyarakat Sumatera Utara ke seluruh Nusantara”, pungkasnya.