Tak ada kekecewaan atas pilihan hidupnya itu. Sofyan yang turut mendirikan camp pelatihan kemiliteran teroris di Jantho, justru merasa bangga menjadi teroris. Ia memilih menjadi teroris karena ingin menegakkan syariat Islam di Indonesia.
Berikut hasil wawancara Tribunnews.com dengan Sofyan Tsauri alias Abu Ahyass alias Marwan di Pengadilan Negeri (PN) Depok, Jawa Barat, Kamis (23/9/2010):
Saya bukan penyusup atau intel polisi. Saya ini adalah buah dari dakwah tauhid. Kalau saya susupan, saya tempatnya bukan di dalam sel. Saya ditangkap bersama istri saya. Kalau mau tahu bagaimana saya ditangkap, tanya istri saya.
Saat penangkapan,suasananya sangat dramatis, ada tembakan di jalan. Saya bukan susupan. Saya sangat menyayangkan kalau ada yang bilang saya intel penyusup. Saya sudah memberikan mereka 28 senjata api dan puluhan ribu peluru. Justru saya dikhianati oleh mereka. Saya menjadi kambing hitam atas kegagalan jihad di Aceh.
Jihad Aceh sudah kita rencanakan. Mungkin mereka tidak cross check ke sana. Mungkin mereka minim pengetahuannya tentang saya. Bisa di cross check ke Polres Depok siapa saya.
Saya itu awalnya ingin menegakkan syariat Islam untuk membawa Indonesia ke jalan yang lebih baik. Karena hanya dengan syariat Islam di Indonesia akan menjadi lebih baik.
Tokoh mujahid yang saya suka adalah sosok Dulmatin. dan saya memang sengaja mencari tahu keberadaan dia untuk bergabung. Karena allah, saya akhirnya bertemu Dulmatin. Kemudian saya dan beliau ketemu di Aceh,lalu mengadakan program latihan di Aceh. Pelatihan jihad.
Saya ketemu Dulmatin di Aceh akhir 2008 dan awal 2009. Saya waktu itu sudah desersi. Saya juga bilang sama Dulmatin kalau saya ini desersi polisi karena bulan Juni 2009 dipecat.
Banyak rumor beredar,saya dipecat karena sakit hati lalu cari jalan lain. Itu salah. Saya sebelum menjadi polisi saya sudah aktif berdakwah. Kemudian karena tuntutan, dan panggilan dakwah tauhid saya memilih jalan untuk berjihad.
Saya tidak merasa di khiananti korps yang thogut (kepolisian). Saya sudah keluar dari polisi, baru saya jadi teroris. Apa yang dilakukan ini bukan tindakan teror. Ini adalah ibadah, ini perintah Allah yang wajib.
Saya bersama Dulmatin sebulan di Aceh. Berkeliling ke semua wilayah Aceh karena kita mengumpulkan faksi-faksi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) disana untuk jihad. Kita cari orang GAM yang mau bertempur kembali.
Banyak yang mau ikut. Ada yang berasal dari pesantren, mantan-mantan GAM juga ada dan banyak dari beberapa elemen.