Banyak cara bisa dilakukan orang untuk melestarikan dan mengenalkan kesenian wayang dikalangan generasi muda. Diantaranya dengan memperkenalkan tokoh-tokoh wayang yang melalui wayang kecil yang dibuat dari daun lontar. Apalagi, wayang nerupakan salah satu seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya.
Wayang lontar begitulah namanya, kini makin dikenal warga sebagai salah satu mainan alternatif anak-anak, hasil karya Eyang Tholib, Warga Magersari-Sidoarjo. Berbentuk lebih kecil dibanding wayang kulit atau wayang golek yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi, wayang daun lontar ini dikenal lebih lentur.
Bedanya pula, jika pada wayang kulit dimainkan dengan cara ditancapkan pada pelepah pisang, namun untuk wayang lontar ini biasanya dimainkan dengan cara ditancapkan diatas pasir yang ditata sedemikian rupa pada sebuah tempat.
Sementara untuk membuat wayang lontar, dibutuhkan biaya yang sedikit lebih mahal. Untuk satu wayang lontar tokoh pewayangan, dibutuhkan dana sekitar 100 ribu rupiah.
Menurut pria berumur 65 tahun tersebut, pembuatan mainan wayang lontar, di latarbelakangi oleh kegemarannya akan kesenian wayang. “Pertama kali saya membuat karena kegemaran saya akan kesenian wayang serta ingin melestarikannya”, ujarnya.
Dengan hasil olah kerajinan tangan Eyang Tholib, daun lontar yang kering, dimodifikasi dan dibentuk menyerupai bentuk tokoh pewayangan seperti Gatutkoco, Bimo, Werkudoro Dan Srikandi.
Untuk membuat satu buah wayang lontar, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Bahkan karena bentuknya yang unik dan menarik, kini wayang lontar juga digunakan warga untuk souvenir pernikahan, selain sebagai mainan anak.