Menikmati makanan jenis sate tentu pikiran kita akan terbayang pada sate yang dipanggang dan ditusuk menggunakan bambu. Tetapi sate yang satu ini tidak seperti sate pada umumnya, karena tidak menggunakan tusuk sate. Tak hanya itu, sate juga tidak di panggang melainkan di goreng. Ya, sate godok khas Medan, itulah namanya.
Bagi warga Medan terutama yang berada warga Medan perantauan yang berada di Bali, keberadaan menu sate godok tidaklah asing. Berlokasi di Jalan Pulau Bungin Kota Denpasar, seorang warga Medan perantauan bernama, Masdiana mencoba menawarkan menu berbeda. Sate godok yang di padu dengan lontong.
Tidak seperti sate lainnya yang ditusuk dan dibakar, sate godok hanya merupakan irisan daging seperti layaknya potongan potongan daging sate pada umumnya. Daging tersebut dicampur dengan adonan bumbu khas Medan, lalu digoreng.
Penyajian sate dengan cara ini lebih praktis dan tidak membutuhkan waktu lama alias instant. Bahkan, sate godok pun akan terasa lebih pas bila dicampur dengan lontong.
Menurut Masdiana, sate godok adonannya ini merupakan warisan nenek moyangnya di Medan yang diwarisinya secara turun temurun. Pangsa pasarnya pun sebagian besar orang adalah orang Medan perantauan di Bali.
Untuk satu porsi sate godok ini dijual tujuh ribu rupiah. Dalam sehari, dia bisa menghabiskan dua kilogram daging. “cukup lumayan pak, bisa menghidupi keluarga dengan modal pas-pasan”, ungkap Masdiana.
Sejumlah pengunjung mengaku mendapatkan sensasi baru dengan makan sate godok. Pasalnya, sate ini bukannya dibakar dan ditusuk tetapi digoreng. Sehingga aroma aroma daging terserap dan tidak menetes seperti daging bakar.
Usai makan sate dan lontong, perut kita akan terasa lebih segar bila kemudian di akhiri dengan minum bandrek. Minuman ini terbuat dari campuran jahe, teh dan rempah rempah yang diyakini membuat tubuh akan makin segar.