Balai Banjar Kasa kelurahan Sesetan, Denpasar Bali mendadak ramai oleh muda-mudi guna bersiap menggelar tradisi Omed Omedan atau ciuman massal (17/03/2010.) Tradisi ini selalu digelar tiap tahun, sehari setelah perayaan nyepi bagi umat hindu Bali. Tujuannya, untuk merayakan kegembiraan setelah sehari penuh melakukan catur brata penyepian, atau empat larangan selama nyepi yakni tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak bepergian dan tidak bersenang senang.
Dalam bahasa Bali, Omed–Omedan berarti saling tarik menarik. Dalam tradisi yang sudah dilakukan turun temurun ini, para peserta di bagi dalam dua kelompok, pria dan wanita. Masing–masing kelompok akan menentukan salah satu anggotanya untuk berciuman di tengah arena. Ciuman berakhir setelah petugas menyiramkan air.
Tradisi yang dilakukan pada hari ngembak geni ini merupakan wujud kebahagiaan untuk mempererat kebersamaan antara warga, usai melaksanakan nyepi.
Bagi peserta, tidak ada rasa risih sama sekali meski harus berciuman masal di muka umum. Apa yang mereka lakukan hanya semata–mata sebagai ungkapan kebahagiaan dan kebersamaan.
Menurut kelian adat Banjar Kaja Sesetan, Anak Agung Mayun, tradisi Omed Omedan sempat ditiadakan pada tahun 80-an. Tetapi kala itu, ada kejadian unik melanda desa Sesetan yakni sejumlah warganya sakit dan dilihatnya ada babi bertarung dari siang hingga sore hari. Sejak itulah, mereka tak berani lagi meniadakan acara Omed Omedan.
Sebagai sebuah tradisi, mereka menolak Omed Omedan disebut berbau porno, meski digelar di depan umum. Para peserta ini pun mengaku senang bisa berpartisipasi, meski sempat grogi.
Selain disaksikan walikota Denpasar, Omed-Omedan juga disaksikan ribuan wisatawan domestik dan asing.