Batik Dulit Sisik Bandeng merupakan ikon baru batik khas kota Gresik, yang makin bersinar di tengah gempuran produk-produk dari negara lain. Batik dengan motif mengangkat produk lokal seperti sisik ikan bandeng, justeru makin diminati, karena mempertahankan nuansa tradisional, tanpa bahan baku kimia, serta menggunakan daun-daun tanaman, yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumahnya, sebagai bahan pewarna alami.
Arty Israwan (48 tahun) adalah satu-satunya perajin batik dulit sisik bandeng, khas Gresik, di kompleks perumahan Gresik kota baru, kecamatan kebomas, kabupaten Gresik. Di namakan batik tulid, karena proses pewarnaannya di dulit atau hanya di oleskan menggunakan kanvas.
Meski gempuran produk-produk batik dari negara asing mulai membanjiri pasar dalam negeri, tetapi wanita yang telah dikaruniai tiga orang anak tersebut, pantang menyerah dan terus melakukan inovasi produk-produknya.
Berkat ketekunan dan semangat kerjanya, produk batik buatannya, justeru semakin bersinar dan mulai banyak diminati warga.
Batik dulit sisik bandeng dan mahkota giri, merupakan salah satu produk batik unggulan, karya tangan terampilnya, yang kini mulai disuka warga.
Menurut Arty, selain mempertahankan nuansa lokal tradisional, dirinya juga tidak menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pewarna produknya. Tetapi, menggunakan bahan-bahan alamiah, diantaranya daun jati, daun sirih, daun kenikir, daun jambu, dan tanaman lain yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumah warga.
Terobosan ini, sengaja dilakukan agar kualitas produknya makin terjaga. Dengan bahan alamiah ini, produk batik buatanya, tidak membuat alergi, dan nyaman dipakai setiap orang. “Saya gunakan daun daun alami sebagai pewarnanya, untuk mempertahankan kesan alami", ujarnya.
Dengan mengandalkan bahan dan motif lokak itulah, batk dulit milik arty semakin di suka pelanggannya karena mampu membangkitkan rasa percaya diri. Ita rahmawati, salah satu konsumen batik misalnya, mengatakan, sangat menyukai batik sisik bandeng, karena dingin dipakai, dan corak warnanya identik dengan warga Gresik, sebagai penghasil bandeng. “Batik ini menambah rasa percaya diri saya”, ungkapnya.
Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik dulit sisik bandeng diawali dengan pembuatan desain, dan dilanjutkan dengan proses canting.
Setelah itu, dilanjutkan dengan proses dulit, yakni pewarnaan melalui olesan yang dilanjutkan dengan proses nembok, menggunakan malam, untuk menutup warna.
Selanjutnya, kain direbus untuk menghilangkan malam, dan dilanjutkan dengan pewarnaan, yang memanfaatkan menggunakan bahan baku alamiah, yakni daun-daun tanaman, yang memiliki pewarna alami, diantaranya daun sirih, yang banyak tumbuh di sekitar pekarangan.
Sedangkan, produk batik dulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariatif mulai dari 150 ribu sampai dengan satu setengah juta rupiah, tergantung kualitas kainnya.
Di tengah kesuksesannya memperkenalkan produk lokal khas daerah ini, arty mengaku mengalami kendala modal dan promosi. Arty berharap pemerintah setempat memperhatikan kelangsungan usahanya. Apalagi, Arty saat ini tengah menanggung nasib 6 orang karyawannya yang menggantungkan hidup pada penjualan batik dulit. (86)