• Minggu, Februari 14, 2010
  • Administrator


Seni dalam masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia sebenarnya sangat beragam. Selama ini orang lebih mengenal kesenian Barongsay dan Liong Samsi dibanding seni lainnya. Padahal banyak seni lainnya yang unik dan bisa dikembangkan, seperti seni lukis tinta bak. Seni asli Cina tersebut saat ini sudah sulit dicari penerusnya. di kota Semarang Jawa Tengah, seorang pelukis tua mencoba terus mempertahankan seni lukis tinta bak.

Di Gang Warung Nomor 86 kawasan Pecinan kota Semarang, Tan Eng Tiong (70 th,) tetap setia dengan seni lukis tinta bak khas Cina, sebuah seni lukis yang kini sudah sulit ditemui. Tinta bak atau tinta Cina berasal dari Cina dan terbuat dari kayu pinus atau cemara yang dibakar menjadi arang kemudian dicampur dengan air, persis seperti tinta yang digunakan ribuan tahun lalu.

Tinta ini mampu menghasilkan warna hitam yang cukup tajam dan kuat kesan alaminya. Dengan sekali gores, tak sampai 5 detik, tinta akan langsung kering. Menurut Pak Tan, jika tinta sudah kering, tidak akan luntur meski kena air atau pun sinar matahari.

Ciri khas Seni lukis ini adalah hanya memakai tinta warna hitam. Kuncinya ada pada kuas yang menari-nari di atas kertas. Hanya dengan memainkan pola gradasi tebal dan tipis warna hitam saja sudah mampu membentuk sebuah karya lukis cepat yang unik. Karena lebih banyak bermain dengan kekuatan dan kelenturan goresan, tak heran jika kuas yang digunakan pun tidak sembarangan yakni kuas dari bulu serigala yang di datangkan langsung dari china seharga 40 hingga 100 Ribu Rupiah.

Selain itu, keunikan seni lukis tinta bak adalah goresannya yang tidak boleh diulang. Jika goresan diulang, akan terlihat karena garis yang dihasilkan tidak halus.

Dalam waktu kurang dari 2 menit, Pak Tan mampu menyelesaikan sebuah lukisan. Berlembar-lembar lukisan cepat khas seni tinta bak itu, ia buat setiap hari. Dan Tan Eng Tiong telah menekuni seni tinta bak selama lebih dari 50 tahun. Berbagai media lukis pernah ia coba, dari spesialis melukis kaca, melukis dengan cat minyak hingga melukis dengan tinta bak. Dan tinta bak rupanya menjadi pilihan terakhir yang dia tekuni hingga kini.

Melukis dengan tinta bak Cina sepertinya gampang. Namun jangan salah, butuh keahlian khusus untuk bisa melukis dengan tinta ini. Pelukis harus pintar mengatur tekanan tangan saat menyapukan kuas di atas kertas. Selain itu, pelukis juga harus pandai mencampurkan air dalam tinta untuk membuat gradasi warna hitam ke arah abu-abu. Sebab, gradasi warna inilah yang justru membuat lukisan menjadi hidup.

Menurut pak Tan, kepiawaian melukis tinta Cina tak datang begitu saja. Butuh latihan dan ketekunan selama bertahun-tahun. Sebab lukisan cepat tinta bak ia buat sekali jadi. Tebal tipis dan tekstur gambar ia hasilkan dari memainkan ujung kuas Cina. Meski hitam putih, lukisan ini punya ciri khas dan dimensi yang berbeda dibanding lukisan biasa. “Dengan campuran air dan permainan goresan, lukisan bak terlihat lebih hidup”. Ujar Pak Tan.

Lukisan yang pak Tan buat, semuanya berdasar pesanan. Lukisan tinta bak banyak dijadikan hiasan dinding di rumah maupun tempat usaha. Dalam tradisi masyarakat Tionghoa, lukisan Shio dengan kalimat mutiara maupun doa, dipercaya bisa mendatangkan rejeki. Pemesan juga banyak yang memesan lukisan silsilah Sio dalam keluarga.

Namun pak Tan prihatin dengan perkembangan seni lukis tinta bak. Ia merasa seperti berjalan sendirian. Sulit mencari generasi penerus seni lukis ini. Dulu memang pernah ada yang belajar. Namun kelanjutannya tak jelas.

Beberapa pelukis tinta bak lainnya, kata Pak Tan, sebenarnya masih ada, namun tidak berani tampil atau kurang percaya diri dalam menunjukan karyanya.

Meski secara materi hasil yang didapat tak begitu banyak, namun pak Tan bertekad untuk terus melukis. Minimal, dirinya bisa mempertahankan seni khas Cina yang saat ini mulai tergeser oleh budaya yang serba instan.

BTemplates.com

Categories

Kamera CCTV Palembang

Popular Posts

Blog Archive