Jelang perayaan tahu baru China, di Solo, Jawa Tengah
selalu meriah dengan tradisi Grebeg Sudiro, yaitu tradisi perayaan tujuh hari menjelang Imlek. Tradisi yang sudah ratusan tahun dirayakan warga keturunan Tionghoa di Solo itu merupakan ritual memohon keselamatan dan kebahagian.
Sebelum dimulai, ribuan warga sudah memadati ruas Jalan Urip Sumoharjo, persisnya di depan pasar Gedhe Solo. Mereka datang disamping menonton berbagai atraksi, juga berharap dapat kue ranjang dan bakpau yang akan dibagi bagikan panitia kepada masyarakat.
Dalam perayaan kali ini, sedikitnya 1500 peserta dilibatkan untuk berbagai atraksi seperti Barongsai, Liong, Reog dan atraksi lainnya.
Kirab dimulai dengan melepas rombongan pengibar bendera yang disusul gunungan kue ranjang dan roti bakpo. Kemudian rombongan lion dan barongsai. Tak ketinggalan seni budaya Reog dan tari tarian lereng Gunung Merbabu seperti Tari Kubro, maupun Tari Topeng Ireng.
Sebelum, Grebek Sudiro hanyalah perayaan internal di lingkungan kampung Sudiroprajan, kecamatan Jebres saja. Setelah perayaan Imlek di tetapkan sebagai hari libur nasional oleh mendiang Presiden Abdurrahman Wahid, tradisi ini berkembnag hingga menjadi ikon kota Solo.
Pada puncak perayaan tahun baru Imlek, akan digelar kirab gunungan hasil bumi serta parade lampion keliling kampung yang diakhiri penyalaan lampion Mbah Teko yang menjadi simbol rakyat Solo.