DIKUTIP.COM - Dering suara Hand Phone (HP) di malam nan sunyi membangunkan tidur Ustadz Abdurahman yang sedang beristirahat di rumahnya. Saat itu jam menunjukkan pukul 10 malam. Dilayar HP beliau Muncul nomor yang tidak dikenal.
Beliau sebenarnya tidak ingin mengangkatnya, namun karena beliau penasaran akhirnya beliau mengangkatnya dan mulai menyapa, “Assalamu’alaikum, siapa ini?”.
Kemudian penelpon itu menjawab “Wa’alaikumussalam, Ini Ahmad, ustadz, maaf saya mengganggu ustadz malam ini. Ustadz, saya mohon datanglah kesini, saudara saya sedang kritis, dia baru saja kecelakaan dan dokternya mengatakan kalau dia sudah tidak bisa berbuat banyak, tolonglah kami ustadz!”.
Ustad Abdurrahman baru paham kalau yang menelpon barusan adalah salah seorang pengurus masjid besar Bully, New South Wales Australia.
Ustad Abdurrahman mengenal Ahmad karena di daerahnya, pengurus masjid terdaftar dengan rapi dan mendapat pengakuan dari pemerintah. Mereka sering bertemu apabila ada acara Fun Raising, Ied Festival, bahkan acara-acara yang diadakan oleh pemerintah Australia.
Sejenak Ustad Abdurrahman bangun dari tempat tidurnya. Kemudian beliau bergegas berangkat setelah mendapatkan nomor kamar di sebuah Rumah Sakit dari si penelpon.
“Assalamualaikum,” sapanya ketika memasuki ruangan dimana Abdullah terbaring tak berdaya. Perban serta bau obat meliputi disekujur tubuhnya. “Wa’alaikumussalam, Alhamdulillah, Ustad, terimakasih atas kedatangannya, saya mohon ucapkanlah sesuatu untuk Abdullah, dokter sudah tidak mampu berbuat banyak dan mengatakan jika dia akan meninggal..., tolong katakan sesuatu pada Abdullah.” Pinta kakaknya dengan menangis.
Beliau memandang di sekitar ruangan itu telah ada beberapa keluarga yang juga menangis. “Baik, saya akan mencoba bercakap-cakap dengannya, tolong jangan menangis disini karena hanya akan membuatnya tidak bisa berkata apa apa (sedih),” kata Ustad Abdurrahman. Kemudian beliau mendekat ke tubuh Abdullah yang penuh dengan luka.
Dilihatnya sebuah sosok yang masih hidup, tetapi tidak bergerak sedikitpun, bahkan menggerakkan bibir dan mengedipkan mata saja ia tak mampu. Kemudian Ustad Abdurrahman duduk tepat disebelah kanan kepala Abdullah, sehingga memungkinkan beliau untuk berbicara ditelinga Abdullah dengan jarak paling dekat.
Sejenak Beliau berdoa dan kemudian menggenggam lemah tangan Abdullah. “Assalamu’alaikum saudaraku, saya Ustad Abdurrahman dari Wollongong. Saudaraku, saya datang kesini untuk menemuimu, saya tahu kamu adalah muslim yang baik, kamu telah menolong Allah untuk mengumandangkan adzan setiap hari di masjid.
Kamu mengingatkan orang-orang untuk sholat di masjid, saya yakin kalau Allah dan semua orang menyayangi kamu, Alloh akan menolong kamu, Dia akan memberimu kesehatan dan kebahagiaan.
Saudaraku, kami masih ingin mendengar engkau mengumandangkan adzan dimasjid, dapatkah engkau melakukannya, Allah akan menyukainya, Tolong engkau kumandangkan adzan untuk kami........
Sejenak terlihat airmata keluar dari kedua matanya dan menetes melewati pipi Abdullah. Tak berapa lama kelopak matanya bergerak-gerak perlahan, kemudian matanya membuka sedikit demi sedikit. Bibirnyapun kemudian bergerak-gerak perlahan, seolah ia berusaha untuk mengumandangkan adzan.
Ustad Abdurrahman memandang wajah Abdullah dengan tersenyum, “Alhamdulillah” teruskan saudaraku, kumandangkan adzan untuk kami.....
Dan... Subhanallah, secara tidak diduga monitor alat pendeteksi jantung yang dipasangkan di tubuh Abdullah menunjukkan kerja jantung yang berangsur-angsur normal, itu menunjukkan jika Abdulloh telah melewati masa kritisnya.
Ahmad yang mengetahui hal itu kemudian melakukan sujud syukur di dalam ruangan itu, kemudian diikuti saudaranya yang lain. Ahmad memeluk Ustad Abdurrahman dan berkali-kali mengucapkan terima kasih.
Tak berapa lama Sang Dokter muncul kembali dan mengecek kesehatan Abdullah. Seraya bertanya, “Apa yang terjadi? Apa yang telah kamu berikan kepadanya?” Ia bertanya kepada Ahmad yang berada di dekatnya. “Adzan” Jawab Ahmad dengan tersenyum.
“Adzan? Apakah adzan yang telah menyembuhkannya? Tanya sang dokter kepada Ustad Abdurrahman yang juga masih berada disitu? “Ya, Allah menyembuhkannya dengan Adzan,” jawab Ustad Abdurrahman dengan tersenyum pula.
Sang dokter yang bukan muslim tersebut semakin terheran-heran, kemudian ia mengangguk-angguk, ikut tersenyum dan berkata kepada Ustad Abdurrahman. “Suatu hari saya ingin bertanya kepadamu tentang ADZAN, tolong beri aku nomer yang bisa dihubungi,” katanya. “Dengan senang hati dokter,” jawab Ustad Abdurrahman penuh keyakinan.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Fushshilat: 33)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad [47] : 7)
GO |