ELBARAKA KALIGRAFI ( pengrajin kaligrafi jarum dan benang )
Kalangan agamis berkeyakinan bahwa hanya Allah yang pantas dipuji dan disembah. Menurut mereka, Allah Swt melimpahkan kemuliaan dan ketenteraman kepada para hambanya. Dari satu ayat ke ayat lain dalam al-Quran, manusia selalu diajak menyembah Allah Swt. Bertasbih dapat mengangkat manusia menembus ruang tanpa batas dan membuka horizon yang lebih tinggi. Shalat merupakan menifestasi terindah penghambaan manusia kepada Allah Swt. Dalam surat al-‘Araf ayat 205 dan 206 disebutkan, "Dan sebuah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka men-tasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud."
Dalam kesempatan kali ini, kami akan membawakan kisah kerinduaan perempuan suci Sayidah Maryam akan ibadah kepada Allah Swt. Sayidah Maryam, ibu Nabi Isa as, menyadari bahwa umurnya tidak lagi berlanjut lama. Sayidah Maryam menyibukkan dirinya beribadah kepada Allah Swt, yang disaksikan malaikat maut. Tiba saatnya, beliau meninggalkan dunia menuju kehidupan abadi. Malaikat pencabut nyawa dengan hormat, meminta izin kepada Sayidah Maryam untuk mencabut nyawanya.
Sayidah Maryam, Hidup Untuk Shalat
Sayidah Maryam adalah sosok perempuan suci dan mulia. Beliau mempunyai derajat luar biasa di hadapan Allah Swt, hingga pada tahap kenikmatan surga akan dikirimkan oleh Allah Swt saat diinginkannnya. Dalam sejarah disebutkan, para malaikat saat memberikan kabar gembira kepada Sayidah Maryam, mengatakan, "Kamu dipilih oleh Allah Swt untuk melahirkan seorang anak suci dan ilahi." Surat Ali Imran ayat 42 menyebutkan, "Wahai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang ruku."
Sayidah Maryam dalam menjawab permohonan malaikat maut untuk mencabut nyawanya, meminta kesempatan untuk diizinkan bersujud kepada Allah Swt sebelum dicabut nyawanya. Melalui permintaan tersebut, Sayidah Maryam menunjukkan penghambaan dirinya di penghujung umurnya. Malaikat pencabut nyawa pun mengabulkan permintaannya. Sayidah Maryam pun bersujud merendah di hadapan Allah Swt. Saat itu pula, perempuan suci itu dicabut nyawanya dan berserah diri kepada Allah Swt.
Nabi Isa as di samping Ibunya memanggil-manggilnya, tapi tidak ada sahutan yang keluar dari mulut suci ibunya. Nabi Isa as dirudung duka yang luar biasa atas kepergian ibunya. Beliau sangat mencintai ibunya yang juga pembelanya. Nabi Isa as yang dapat menghidupkan orang-orang yang mati atas izin Allah Swt, kembali memanggil ibunya. Sayidah Maryam dengan izin Allah Swt, dapat kembali hidup. Nabi Isa as dalam kondisi meneteskan air mata karena diliputi rasa sedih, bertanya kepada ibunya, "Apakah engkau tidak ingin kembali ke dunia ini?" Sayidah Maryam merasa iba melihat putranya yang terus meneteskan air mata, dan berkata, "Ya, aku ingin kembali ke dunia ini untuk shalat di malam yang sangat dingin pada musim dingin dan puasa di hari yang sangat panas pada musim panas."
Saat itu, Sayidah Maryam memandang putranya dan berkata, "Anakku, dunia ini sangat menakutkan." Nabi Isa as menyaksikan kerinduan Ibunya untuk bertemu dengan Allah Swt. Meski diliputi rasa duka, Nabi Isa pun harus merelakan kepergian ibunya yang sudah merindukan kekasihnya, Allah Swt. Sayidah Maryam kembali menutup matanya dan meninggalkan dunia yang kelam ini untuk selamanya.
Shalat Obat di Kala Sulit
Masyarakat saat ini dihadapkan pada berbagai kendala sosial seperti krisis mental dan berbagai kejahatan. Tekanan jiwa dan krisis sosial adalah di antara fenomena menonjol di dunia modern ini. Sebuah riset mengenai aksi bunuh diri di AS menunjukkan bahwa 72 persen kasus bunuh diri terjadi karena stres, 13 persen karena candu alkoholik, delapan persen karena penyakit-penyakit jiwa dan tujuh persen karena berbagai masalah lainnya. Selain itu, fenomena buruk yang menimpa kalangan manula baik laki-laki maupun perempuan adalah keterkucilan sosial."
Para psikolog menyampaikan berbagai cara untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan. Akan tetapi para psikolog agamis mempunyai pandangan dan cara tersendiri dalam menyembuhkan penyakit ini. Menurut para psikolog agamis, shalat sangat membantu mengurangi kendala kejiwaan. Selain itu, shalat dapat menumbuhkan harapan dan semangat hidup manusia. Kalangan manula yang agamis, berkomitmen melakukan shalat. Pandangan dunia spritual merekalah yang mendorong untuk mengoptimalkan kesempatan di masa tua dengan berdzikir dan bertaubat kepada Allah Swt. Hal inilah yang melipatgandakan harapan kalangan manula akan rahmat dan ampunan Allah Swt.
Dengan demikian, shalat dan ibadah merupakan obat penenang yang luar biasa bagi para manula dan orang-orang yang stres. Shalat sangat membantu menjaga stabilitas kejiwaan manusia dalam berbagai kondisi krisis seperti kematian orang-orang yang dicintai dan kegagalan usaha. Karena shalat, manusia akan menemukan ketenteraman sehingga ia tidak akan melakukan hal-hal yang konyol saat ditimpa musibah. Terkait hal ini, Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 45 berfirman, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'."
Pada intinya, dua hal prinsip yang sangat efektif dalam mengatasi berbagai problema adalah sabar dan shalat. Shalat menghantarkan manusia pada kekuatan ilahi yang luar biasa. Dengan ungkapan lain, manusia yang tidak pernah meninggalkan shalat, akan menjadi tangguh dan kokoh dalam menghadapi berbagai kesulitan dan musibah. Insya-Allah, kami digolongkan dari kelompok pendiri shalat yang sebenarnya. Amin.....
Kalangan agamis berkeyakinan bahwa hanya Allah yang pantas dipuji dan disembah. Menurut mereka, Allah Swt melimpahkan kemuliaan dan ketenteraman kepada para hambanya. Dari satu ayat ke ayat lain dalam al-Quran, manusia selalu diajak menyembah Allah Swt. Bertasbih dapat mengangkat manusia menembus ruang tanpa batas dan membuka horizon yang lebih tinggi. Shalat merupakan menifestasi terindah penghambaan manusia kepada Allah Swt. Dalam surat al-‘Araf ayat 205 dan 206 disebutkan, "Dan sebuah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka men-tasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud."
Dalam kesempatan kali ini, kami akan membawakan kisah kerinduaan perempuan suci Sayidah Maryam akan ibadah kepada Allah Swt. Sayidah Maryam, ibu Nabi Isa as, menyadari bahwa umurnya tidak lagi berlanjut lama. Sayidah Maryam menyibukkan dirinya beribadah kepada Allah Swt, yang disaksikan malaikat maut. Tiba saatnya, beliau meninggalkan dunia menuju kehidupan abadi. Malaikat pencabut nyawa dengan hormat, meminta izin kepada Sayidah Maryam untuk mencabut nyawanya.
Sayidah Maryam, Hidup Untuk Shalat
Sayidah Maryam adalah sosok perempuan suci dan mulia. Beliau mempunyai derajat luar biasa di hadapan Allah Swt, hingga pada tahap kenikmatan surga akan dikirimkan oleh Allah Swt saat diinginkannnya. Dalam sejarah disebutkan, para malaikat saat memberikan kabar gembira kepada Sayidah Maryam, mengatakan, "Kamu dipilih oleh Allah Swt untuk melahirkan seorang anak suci dan ilahi." Surat Ali Imran ayat 42 menyebutkan, "Wahai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang ruku."
Sayidah Maryam dalam menjawab permohonan malaikat maut untuk mencabut nyawanya, meminta kesempatan untuk diizinkan bersujud kepada Allah Swt sebelum dicabut nyawanya. Melalui permintaan tersebut, Sayidah Maryam menunjukkan penghambaan dirinya di penghujung umurnya. Malaikat pencabut nyawa pun mengabulkan permintaannya. Sayidah Maryam pun bersujud merendah di hadapan Allah Swt. Saat itu pula, perempuan suci itu dicabut nyawanya dan berserah diri kepada Allah Swt.
Nabi Isa as di samping Ibunya memanggil-manggilnya, tapi tidak ada sahutan yang keluar dari mulut suci ibunya. Nabi Isa as dirudung duka yang luar biasa atas kepergian ibunya. Beliau sangat mencintai ibunya yang juga pembelanya. Nabi Isa as yang dapat menghidupkan orang-orang yang mati atas izin Allah Swt, kembali memanggil ibunya. Sayidah Maryam dengan izin Allah Swt, dapat kembali hidup. Nabi Isa as dalam kondisi meneteskan air mata karena diliputi rasa sedih, bertanya kepada ibunya, "Apakah engkau tidak ingin kembali ke dunia ini?" Sayidah Maryam merasa iba melihat putranya yang terus meneteskan air mata, dan berkata, "Ya, aku ingin kembali ke dunia ini untuk shalat di malam yang sangat dingin pada musim dingin dan puasa di hari yang sangat panas pada musim panas."
Saat itu, Sayidah Maryam memandang putranya dan berkata, "Anakku, dunia ini sangat menakutkan." Nabi Isa as menyaksikan kerinduan Ibunya untuk bertemu dengan Allah Swt. Meski diliputi rasa duka, Nabi Isa pun harus merelakan kepergian ibunya yang sudah merindukan kekasihnya, Allah Swt. Sayidah Maryam kembali menutup matanya dan meninggalkan dunia yang kelam ini untuk selamanya.
Shalat Obat di Kala Sulit
Masyarakat saat ini dihadapkan pada berbagai kendala sosial seperti krisis mental dan berbagai kejahatan. Tekanan jiwa dan krisis sosial adalah di antara fenomena menonjol di dunia modern ini. Sebuah riset mengenai aksi bunuh diri di AS menunjukkan bahwa 72 persen kasus bunuh diri terjadi karena stres, 13 persen karena candu alkoholik, delapan persen karena penyakit-penyakit jiwa dan tujuh persen karena berbagai masalah lainnya. Selain itu, fenomena buruk yang menimpa kalangan manula baik laki-laki maupun perempuan adalah keterkucilan sosial."
Para psikolog menyampaikan berbagai cara untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan. Akan tetapi para psikolog agamis mempunyai pandangan dan cara tersendiri dalam menyembuhkan penyakit ini. Menurut para psikolog agamis, shalat sangat membantu mengurangi kendala kejiwaan. Selain itu, shalat dapat menumbuhkan harapan dan semangat hidup manusia. Kalangan manula yang agamis, berkomitmen melakukan shalat. Pandangan dunia spritual merekalah yang mendorong untuk mengoptimalkan kesempatan di masa tua dengan berdzikir dan bertaubat kepada Allah Swt. Hal inilah yang melipatgandakan harapan kalangan manula akan rahmat dan ampunan Allah Swt.
Dengan demikian, shalat dan ibadah merupakan obat penenang yang luar biasa bagi para manula dan orang-orang yang stres. Shalat sangat membantu menjaga stabilitas kejiwaan manusia dalam berbagai kondisi krisis seperti kematian orang-orang yang dicintai dan kegagalan usaha. Karena shalat, manusia akan menemukan ketenteraman sehingga ia tidak akan melakukan hal-hal yang konyol saat ditimpa musibah. Terkait hal ini, Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 45 berfirman, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'."
Pada intinya, dua hal prinsip yang sangat efektif dalam mengatasi berbagai problema adalah sabar dan shalat. Shalat menghantarkan manusia pada kekuatan ilahi yang luar biasa. Dengan ungkapan lain, manusia yang tidak pernah meninggalkan shalat, akan menjadi tangguh dan kokoh dalam menghadapi berbagai kesulitan dan musibah. Insya-Allah, kami digolongkan dari kelompok pendiri shalat yang sebenarnya. Amin.....