Terinspirasi dari sampah kaca yang melimpah namun tidak dimamfaatkan, Supardi warga Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo Jember Jawa Timur, memamfaatkan limbah kaca menjadi aneka sovenir dan hiasan rumah tangga yang artistik. Selain murah dan ramah lingkungan, kerajinan hasil karyanya banyak diminati pembeli.
Sudah setahun lamanya, Supardi bergelut dengan limbah kaca. Di tangan bapak dua anak ini, limbah kaca disulap menjadi perabot rumah tangga ataupun souvenir menarik, mulai vas bunga berbagai ukuran, asbak serta hiasan dinding.
Sebelumnya, usaha yang pernah di rintis bersama istrinya, fatimah ini pernah berjaya di Denpasar, pada tahun 1996 lalu. Namun usahanya terus merosot pasca bom Bali, hingga akhirnya dihantam krisis keuangan global. Pasalnya, pemasaran hasil kerajinannya banyak di ekspor ke eropa.
Kondisi ini tak membuat mereka putus asa. Supardi kemudian memutuskan pulang kampung dan merintis ulang usahanya. Al-hasil, perabot limbah kaca mendapat sambutan positif dari pasar lokal Jember.
Membuat kerajinan limbah kaca tidaklah sulit, namun membutuhkan ketelatenan, serta sentuhan seni. Limbah kaca yang dibeli dari toko kaca maupun sampah keluarga ini dipotong kecil sesuai kebutuhan. Setelah melalui proses pemilihan warna yang serasi, potongan kaca ditempel dengan lem ke media yang ingin dibentuk, seperti gerabah vas bunga, tempat buah serta asbak.
Sehari, Supardi bisa menghasilkan sedikitnya 3 hingga 5 buah kerajinan, yang dijualnya dengan harga berkisar 15 Ribu hingga 300 Ribu Rupiah, tergantung ukuran.
Meski permintaan terus meningkat, namun karena keterbatasan modal, banyak pesanan yang tidak terlayani. “persoalan klasik inilah yang menjadi kendala satu-satunya”, ujar Supardi.
Pesanan berasal dari sejumlah kota di Jawa Timur seperti Surabaya, Malang serta sejumlah kota di Bali.