Walau ada beberapa pihak yang menyangsikan apakah tulisan di melon tersebut asli atau tidak pemiliknya menunjukan bahwa tulisan aksara arab tersebut asli.
Seorang pedagang buah di Jl Gentengkali 4, Surabaya, tercengang ketika mendapati sebutir melon dagangannya, lain dari yang lain. Pada melon yang ukurannya rata-rata itu terdapat motif aksara Arab dengan lafal mirip Laailaa haillallah. Ia menyadari ‘kelainan’ melon yang dikulaknya dari Banyuwangi itu, Kamis (14/10) sekitar pukul 09.00 WIB. Pemilik toko buah Saerah itu mengatakan, kiriman tersebut tiba pukul 07.00 WIB.
Seorang pedagang buah di Jl Gentengkali 4, Surabaya, tercengang ketika mendapati sebutir melon dagangannya, lain dari yang lain. Pada melon yang ukurannya rata-rata itu terdapat motif aksara Arab dengan lafal mirip Laailaa haillallah. Ia menyadari ‘kelainan’ melon yang dikulaknya dari Banyuwangi itu, Kamis (14/10) sekitar pukul 09.00 WIB. Pemilik toko buah Saerah itu mengatakan, kiriman tersebut tiba pukul 07.00 WIB.
“Sekitar jam 09.00, saya pilih lalu saya ikat dengan tali rafia dan akan saya gantung. Saat itulah saya baru tahu,” ungkapnya. Warga Tambaksari itu mengaku heran. Tapi, ketika diamati lebih lama, dia baru yakin bila ada lafal tulisan arab di kulit melon itu. Buah itu pun batal digantung, melainkan dipamerkan di meja, sehingga bisa dilihat pengunjung toko buahnya.
”Banyak yang kaget melihat tulisan itu, lalu mengelus-elus tulisannya untuk membuktikan itu asli atau tempelan,” ungkap Suprijadi. Ada juga pengunjung yang menawar buah berdaging segar itu. Tapi, ia belum mau melepas. Ada orang yang menawar Rp 50.000 per kilogram, sehingga dengan beratnya yang 2,6 kilogram, melon itu berharga Rp 130.000.
Ketika ditanya, bagaimana bila melon itu ditawar Rp 1 juta atau lebih, Suprijadi mengaku, belum tahu apakah akan melepas atau tidak. ”Lihat nanti sajalah. Tapi, rencananya melon akan saya simpan untuk pamor atau pelaris,” ujarnya. Dengan tidak dijual, Suprijadi berencana bertanya ke petugas di Dinas Pertanian Surabaya, bagaimana cara mengawetkan buah melon itu. Dia mengaku ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan.
Sementara itu, dari pengamatan, motif mirip aksara Arab itu terbentuk dari lapisan kulit luar melon yang biasanya keriput berwarna abu-abu. Sementara kulit melon sendiri berwarna kuning kehijau-hijauan. Sedangkan aksara Arab itu terbentuk dari sekumpulan sulur-sulur kulit luar yang berwarna abu-abu.
Ada dugaan tulisan itu sengaja dibentuk. Suprijadi sendiri mengaku tidak tahu bagaimana tulisan itu ada. Dia hanya merasa bahwa itu adalah petunjuk untuk diri dan keluarganya agar lebih khusyuk beribadah. Tapi, dalam beberapa informasi yang berhasil dihimpun, pembentukan buah untuk tampil beda dengan bentuk normal bisa dilakukan secara rekayasa. Seperti di Kebun Raya Mekarsari, ada buah melon berbentuk kotak.
Melon kotak itu dibuat dengan menempatkan melon itu pada cetakan kotak sejak masih kecil. Kemudian alat kotak itu akan membentuk buah melon yang terus mengalami perkembangan. Namun, alat kotak itu bersifat elastis dan transparan, menekan membentuk buah agar kotak, tapi tidak menghambat pertumbuhannya. Sementara, di melon Suprijadi, bisa jadi sulur-sulur itu dibentuk dengan menorehkan aksara Arab itu sejak melon itu masih muda. Lalu aksara itu semakin menebal seiring dengan perkembangan melon.