Dorothy Crowfoot Hodgkin ditengah lingkungan elite akademis Inggris diperantauan. Dia lahir di Kairo, Mesair yang pada waktu itu adalah jajahan Inggris pada saat ayahnya bertugas disana dan bekerja untuk Egyptian Education Service. Sementara ibunya adalah seorang botanis dan ahli tekstil yang menghabiskan waktu luangnya untuk membuat ilustrasi tumbuhan.
Ketika ayahnya bekerja di Sudan, Dr.A.F.Joseph, seorang kawan dan orangtuanya, memberinya bahan-bahan kimia untuk menganalisis ilminite. Waktu itu, Dorothy baru berusia 10 tahun. Tidak jelas apakah pada saat itu ia hanya iseng atau tidak. Sejak tahun 1800-an, orang-orang kaya memang menyukai kima, arkeologi, dan geologi.
Setelah tamat dari Somerville College, Oxford, Dorothy bekerja di labolatorium sinar X kristalografi di Cambridge University. Ia dan J.D Bernal lantas mengaplikasikan difraksi sinar X pada kristal protein, pepsin. Ia juga mengklaim bahwa unutk mempelajari kristal protrein, maka kristal tersebut haruslah dipelajari di dalam larutan asalnya dan buka dikeringkan seperti umumnya pada saat itu karena kristal protein kering menghasilkan pola difraksi yang susah ditafsirkan. Metode ini kemudian menjadi strndar dalam mempelajari struktur biomolekul dengan sinar X.
Pada 1934, Dorothy kembali ke Oxford University dan tetap bergumul dengan pola-pola difraksi sinar X unutk menentukan struktur biomolekul. Salah satu sukses terbesarnya dengan insulin dimulai kira-kira pada saat ini, suatu perjuangan panjang yang diakhiri dengan kemenangan besar 34 tahun kemudian.
Di dalam lingkungan universitas dia sempat dilarang menghadiri pertemuan-pertemuan penelitian yang diselenggarakan oleh klub pengajar kimia hanya karena ia seorang perempuan. Namun karena bakat dan kegigihannya, ia akhirnya mendapatkan posisi kuat di lingkungan akademis yang masih didominasi laki-laki pada saat itu.
Seusai Perang Dunia II, para dokter mulai kehabisan penisilin, antibiotika yang pada saat itu hanya diperoleh dengan cara tradisional, yaitu bertanam jamur. Dengan bersenjatakan sinar X, Dorothy berhasil menentukan struktur penisilin yang memungkinkan antibiotika ini diproduksi secara sintesis dengan sekala besar,. Ia menggunakan metode kristal isomorf, yaitu kristal yang salah satu atomnya diganti dengan atom yang lebih berat. Atom berat ini akan menghamburkan sinar X yang lebih kuat dari pada atom molekul protein itu sendiri. Dengan mendifraksikan sinar X pada beberapa kristal ismorof yang posisi penggantian atom beratnya berbeda-beda, maka informasi dari beberapa gambar difraksi sinar X yang terkumpul dapat disatukan untuk menentukan struktur molekul yang sebenarnya.
Pada 1937, Dorothy menikah dengan Dr. Thomson Hodgkin, pemenang Nobel Kedokteran, Dorothy dan Thomas dianugerahi dua putra dan seorang putrid.
Selain sibuk mengajar, meneliti, dan mendidik anak-anaknya, Dorothy masih sempat berpartisipasi dalam organisasi – organisasi kemanusiaan untuk perdamaian dunia. Ia mewarisi idealisme ibunya yang kehilangan empat saudara laki-laki dalam perang.
Semua rekan kerja Dorothy menggambarkan dirinya sebagai orang yang tulus, selalu menggunakan kata-kata sederhana penuh kasih, dab perhatian bila ditanya tentang dirinya. Rumahnya selalu terbuka untuk teman-teman dan pelajar-pelajar anak didiknya yang membuatnya menjadi ibu tidak hanya untuk anak-anaknya sendiri, tetapi juga pada mahasiswa yang terpesona oleh ketajaman otak dan kelembutan hatinya. Salah satu anak didiknya adalah Margaret Thatcher, satu-satunya perdana mentri Inggris yang mempunyai gelar dibidang sains.
Begitu sederhana dan tulusnya jalan pikiran Dorothy, ia sempat tidak mendapat visa unutk masuk kenegara AS karena kegigihan sikapnya mengikutsertakan ilmuwan-ilmuwan dari Uni Soviet untuk turut berpartisipasi dalam konferensi-konferensi kristalografi. Hanya setelah dunia semakin mengakui hasi kerjanya dan Uni Soviet bubar pada 1990, ia baru bisa memperoleh bisa AS.
Dorothy seolah tampak begitu sempurna. Ibu yang berhasil, ilmuwan yang brilian, dan aktivis kemanusiaan yang vocal. Namun, sesungguhnya semuanya itu ia jalani sambil berperang dengan penyakit rheumatoid arthritis yang melekat pada dirinya seumur hidup sejak didiagnosis pada usia 24 tahun.
Walaupun masa tua Dorothy dilalui dengan kaki dan tangan yang lumpuh, hal ini sama sekali tidak menghalangi aktivitasnya untuk terbang kesana kemari menghadiri symposium-simposium internasional. Setelah menjalani hidup yang begitu sibuk dan menentukan struktur molekul penisilin, insulin, vitamin B-12, dan banyak protein lainnya, aktivitasnya dihentikan total dengan serangan stroke 1994.
Ketika ayahnya bekerja di Sudan, Dr.A.F.Joseph, seorang kawan dan orangtuanya, memberinya bahan-bahan kimia untuk menganalisis ilminite. Waktu itu, Dorothy baru berusia 10 tahun. Tidak jelas apakah pada saat itu ia hanya iseng atau tidak. Sejak tahun 1800-an, orang-orang kaya memang menyukai kima, arkeologi, dan geologi.
Setelah tamat dari Somerville College, Oxford, Dorothy bekerja di labolatorium sinar X kristalografi di Cambridge University. Ia dan J.D Bernal lantas mengaplikasikan difraksi sinar X pada kristal protein, pepsin. Ia juga mengklaim bahwa unutk mempelajari kristal protrein, maka kristal tersebut haruslah dipelajari di dalam larutan asalnya dan buka dikeringkan seperti umumnya pada saat itu karena kristal protein kering menghasilkan pola difraksi yang susah ditafsirkan. Metode ini kemudian menjadi strndar dalam mempelajari struktur biomolekul dengan sinar X.
Pada 1934, Dorothy kembali ke Oxford University dan tetap bergumul dengan pola-pola difraksi sinar X unutk menentukan struktur biomolekul. Salah satu sukses terbesarnya dengan insulin dimulai kira-kira pada saat ini, suatu perjuangan panjang yang diakhiri dengan kemenangan besar 34 tahun kemudian.
Di dalam lingkungan universitas dia sempat dilarang menghadiri pertemuan-pertemuan penelitian yang diselenggarakan oleh klub pengajar kimia hanya karena ia seorang perempuan. Namun karena bakat dan kegigihannya, ia akhirnya mendapatkan posisi kuat di lingkungan akademis yang masih didominasi laki-laki pada saat itu.
Seusai Perang Dunia II, para dokter mulai kehabisan penisilin, antibiotika yang pada saat itu hanya diperoleh dengan cara tradisional, yaitu bertanam jamur. Dengan bersenjatakan sinar X, Dorothy berhasil menentukan struktur penisilin yang memungkinkan antibiotika ini diproduksi secara sintesis dengan sekala besar,. Ia menggunakan metode kristal isomorf, yaitu kristal yang salah satu atomnya diganti dengan atom yang lebih berat. Atom berat ini akan menghamburkan sinar X yang lebih kuat dari pada atom molekul protein itu sendiri. Dengan mendifraksikan sinar X pada beberapa kristal ismorof yang posisi penggantian atom beratnya berbeda-beda, maka informasi dari beberapa gambar difraksi sinar X yang terkumpul dapat disatukan untuk menentukan struktur molekul yang sebenarnya.
Pada 1937, Dorothy menikah dengan Dr. Thomson Hodgkin, pemenang Nobel Kedokteran, Dorothy dan Thomas dianugerahi dua putra dan seorang putrid.
Selain sibuk mengajar, meneliti, dan mendidik anak-anaknya, Dorothy masih sempat berpartisipasi dalam organisasi – organisasi kemanusiaan untuk perdamaian dunia. Ia mewarisi idealisme ibunya yang kehilangan empat saudara laki-laki dalam perang.
Semua rekan kerja Dorothy menggambarkan dirinya sebagai orang yang tulus, selalu menggunakan kata-kata sederhana penuh kasih, dab perhatian bila ditanya tentang dirinya. Rumahnya selalu terbuka untuk teman-teman dan pelajar-pelajar anak didiknya yang membuatnya menjadi ibu tidak hanya untuk anak-anaknya sendiri, tetapi juga pada mahasiswa yang terpesona oleh ketajaman otak dan kelembutan hatinya. Salah satu anak didiknya adalah Margaret Thatcher, satu-satunya perdana mentri Inggris yang mempunyai gelar dibidang sains.
Begitu sederhana dan tulusnya jalan pikiran Dorothy, ia sempat tidak mendapat visa unutk masuk kenegara AS karena kegigihan sikapnya mengikutsertakan ilmuwan-ilmuwan dari Uni Soviet untuk turut berpartisipasi dalam konferensi-konferensi kristalografi. Hanya setelah dunia semakin mengakui hasi kerjanya dan Uni Soviet bubar pada 1990, ia baru bisa memperoleh bisa AS.
Dorothy seolah tampak begitu sempurna. Ibu yang berhasil, ilmuwan yang brilian, dan aktivis kemanusiaan yang vocal. Namun, sesungguhnya semuanya itu ia jalani sambil berperang dengan penyakit rheumatoid arthritis yang melekat pada dirinya seumur hidup sejak didiagnosis pada usia 24 tahun.
Walaupun masa tua Dorothy dilalui dengan kaki dan tangan yang lumpuh, hal ini sama sekali tidak menghalangi aktivitasnya untuk terbang kesana kemari menghadiri symposium-simposium internasional. Setelah menjalani hidup yang begitu sibuk dan menentukan struktur molekul penisilin, insulin, vitamin B-12, dan banyak protein lainnya, aktivitasnya dihentikan total dengan serangan stroke 1994.